Sejumlah aktivis sejarah dan kebudayaan Kabupaten Tana Tidung mengunjungi Kantor Bupati Tana Tidung dalam rangka silaturahmi dan rangka menyampaikan aspirasi pada Bupati Tana Tidung, Rabu (3/7).
Ketua Yayasan Sejarah dan Budaya Kalimantan Utara, Joko Supriyadi, menyampaikan salah satu agenda utama, yaitu dengan mengusulkan Raja Pandita sebagai salah satu kandidat pahlawan nasional Kalimantan Utara.
"Harapan kami bersama, Raja Pandita sebagai tokoh Tidung memiliki potensi besar untuk menjadi pahlawan nasional,"ujar Joko.
Sementara aktivis lainnya, Achmadi dari Sengkong, melaporkan kepada Bupati mengenai keberadaan makam-makam kuno di Sengkong dan Menjelutung.
Menurut Achmadi, dengan masukan dari tokoh sejarah dan budaya, makam-makam ini nantinya dapat dijadikan cagar budaya tingkat Kabupaten dan dipelihara sebagai salah satu peninggalan leluhur.
Baca Juga: Penduduk Miskin Kaltara Turun 0,14 Ribu Jiwa, Komoditi Beras Jadi Penyumbang GKM Tertinggi
Selanjutnya, aspirasi disampaikan oleh Yungkul, tokoh pemuda Bulusu Tana Tidung yang juga menjabat Ketua Adat Bulusu Provinsi Kalimantan Utara. Dalam hal ini, Yungkul menegaskan pentingnya melestarikan seni budaya dan adat.
"Perlu memberikan perhatian yang besar pada upaya pengusulan pahlawan nasional Kalimantan Utara, yang mana perlu dipilih dengan tepat agar mudah lolos seleksi tim seleksi pusat,"Jelas Yungkul.
Selanjutnya, Padilah, pengurus Yayasan Sejarah dan Budaya Kalimantan Utara asal Sesayap Hilir, mengusulkan penulisan buku sejarah secara lengkap. Padila berharap ada buku yang menjelaskan sejarah Tana Tidung sejak zaman pra Belanda hingga saat ini.
Kemudian, Didi Kadarismanto, tokoh muda Tidung dari Sesayap Hilir, menyampaikan beberapa usulan. Didi berharap pada acara Irau Tana Tidung berikutnya, ada sesi ziarah ke makam-makam keramat yang ada di Sesayap Hilir, termasuk makam Raja Baginda II, makam Pangeran Muhammad, dan Pangeran Muda.
"Perlu dibangun jalan yang memadai menuju makam agar para peziarah dapat dengan mudah mengaksesnya,"ujar Didi kepada Bupati. Selanjutnya, giliran penulis lokal berbicara, yaitu Daniel dari Kapuak. Daniel adalah penulis buku yang diterbitkan pada tahun 2016 tentang upacara adat Bulusu berjudul "Mukad Ulid Ncaut". Pada kesempatan ini, Daniel menyerahkan buku tersebut kepada Bupati Ibrahim Ali yang memberikan apresiasi kepadanya. Harapannya, buku tersebut dapat dijadikan salah satu materi lokal dalam kurikulum sekolah-sekolah di Kabupaten Tana Tidun.
Bupati menyampaikan apresiasinya terhadap para aktivis sejarah dan budaya yang hadir. "Saya berkomitmen memberi dukungan dalam upaya pelestarian sejarah dan budaya di Tana Tidung,"kata Bupati.
"Mengenai usulan pahlawan nasional, Raja Pandita dapat diperjuangkan bersama, melalui pemerintah daerah, Forum Komunikasi Warga Tidung, dan organisasi masyarakat lainnya seperti Yayasan Sejarah dan Budaya Kalimantan Utara".
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Tarakan