• Senin, 22 Desember 2025

Penyakit Lupus Tidak Menular, Begini Penanganannya di Kaltim...

Photo Author
- Senin, 13 Mei 2024 | 10:10 WIB
ilustrasi penyakit lupus
ilustrasi penyakit lupus

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin menyebut, lupus yang masuk kategori penyakit tidak menular (PTM) secara prevalensi masih berada di bawah penyakit PTM lain seperti diabetes, hipertensi, jantung, dan kanker. Sehingga untuk penanganannya masih diperlakukan layaknya PTM lainnya.

“Tetap kami terus upayakan lakukan pencegahan PTM ini. Meskipun secara mata penyakit ini tidak terlihat. Namun dengan gerakan kampanye masyarakat hidup sehat, kami ingin masyarakat bisa semakin sadar terhadap adanya penyakit ini,” sebutnya.

Baca Juga: Sekuat Tenaga Hadapi Lupus, Ternyata Rentan Menyerang Perempuan Muda

Sayangnya, hingga kini berapa jumlah penderita lupus di Indonesia termasuk di Kaltim belum diketahui. Jaya mengungkapkan hal ini bisa terjadi karena selama ini penanganan lupus dan penyakit autoimun lainnya langsung berada di ranah rumah sakit. Sehingga yang mengetahui perkembangannya adalah dokter yang menangani pasien. 

“Banyak jenis penyakit yang tidak dilaporkan, salah satunya penyakit autoimun ini. Karena biasanya laporan penyakit tersebut berdasarkan kepada jenis yang bisa berdampak pada kejadian luar biasa atau yang prevalensinya dominan di pembiayaan BPJS Kesehatan. Ini kan tahunan. Tapi nanti kami cek seperti apa perkembangannya dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Bagi Jaya, untuk penyakit seperti lupus, yang paling bisa membantu adalah terbentuknya sebuah support system seperti adanya komunitas. Artinya, para penderita bisa saling berbagi ilmu dan dukungan. Terutama untuk memberikan edukasi kepada keluarga dan lingkungan odapus. Yang menurutnya sangat penting agar para penderita lupus tidak berada di posisi sulit yang bisa membuat penyakitnya kambuh. 

“Di sisi lain kami tentu terus meningkatkan berbagai program pencegahan dan meningkatkan kemampuan sumber daya dan kemampuan tenaga medis. Apalagi Kaltim saat ini sudah banyak dokter spesialis yang bagus dan fasilitas kesehatan dengan peralatan serta laboratorium yang modern,” sebutnya.

Untuk diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pernah mencatat jumlah penderita lupus di seluruh dunia dewasa ini mencapai lima juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan usia produktif dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru. Namun hingga kini untuk di Indonesia, belum diketahui jelas berapa jumlah orang dengan lupus atau odapus karena data epidemiologinya belum ada.

Pada 2023 lalu, Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Ari Dwi Aryani menyebut, jika dari hitungan prevalensi 5 per 100 ribu penduduk, maka proyeksinya akan ada 13.500 odapus di Indonesia. Karena pada 2022 ada 6.580 odapus yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Di mana kurang dari setengahnya atau 2.027 orang merupakan pasien rujuk balik.

 

“Ada kendala dari fasilitas kesehatan, kondisi stabil pasien, dan keterbatasan jumlah obat,” kata dia. Selain itu apotek bagi pasien rujuk balik belum ada dan obat-obatan yang belum seluruhnya tersedia di Puskesmas. (rom)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

6 Tanda Awal Serangan Jantung yang Sering Diabaikan

Selasa, 21 Oktober 2025 | 11:15 WIB
X