Infeksi masih menjadi penyebab utama penyakit dan kematian di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang dapat terjadi dimasyarakat maupun di Rumah sakit yang menjadi salah tantangan dalam penanganannnya. Dimana salah masalah medis yang sering dihadapi yaitu biofilm yang memainkan peranan penting dalam penularan penyakit dan produksi biofilm yang diperkirakan terlibat dalam 80 persen infeksi.
Tantangan dalam pengobatan infeksi adalah resistensi terhadap antibiotik yang dapat mengembangkan resistensi terhadap beberapa jenis antibiotik yang membuat pengobatan menjadi sulit dan memerlukan penggunaan antibiotik yang lebih kuat atau kombinasi antibiotik
Diabetes merupakan penyakit dengan kondisi tingginya gula darah dalam tubuh sehingga menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya yaitu luka kaki diabetes (diabetic foot ulcer) atau ulkus diabetikum. Luka ini dapat terjadi akibat kerusakan saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tidak terkontrol. Luka diabetes memiliki masa penyembuhan yang lebih lama daripada luka pada orang sehat, dan jika tidak dirawat dengan benar, luka tersebut dapat terus terbuka, basah, dan tidak kunjung sembuh
Salah satu hal yang mempersulit penyembuhan yang sering ditemukan dalam perawatan pasien dengan diabetic foot ulcer adalah infeksi. Karena luka terbuka sangat rentan terhadap paparan berbagai mikroorganisme khususnya diabetic foot ulcer yang merupakan luka basah. Maka dari itu, kehadiran biofilm pada luka sangat erat kaitannya dengan fisiologis terhambatnya penyembuhan luka dimana biofilm mampu bertahan dari berbagai jenis antibiotik dan mampu bertahan dari mekanisme pertahanan tubuh penderita.
Biofilm dapat dikendalikan dengan memanfaatkan senyawa kimia yang diperoleh dari bahan alam. Inilah mengapa penelitian dan pengembangan baru sangat penting. Oleh karena itu, salah satu tanaman yang menarik perhatian kami para tim peneliti ialah daun Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc) yang merupakan tanaman endemik pulau Kalimantan yang secara emperis memiliki manfaat untuk pengobatan.
Keberadaan biofilm pada diabetic foot ulcer masih memerlukan penanganan yang serius oleh karena itu tim peneliti PKM-RE 2024 dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur di bawah bimbingan Dr. Apt. Hasyrul Hamzah, M. Sc., yang didanai oleh Kemenristekdikti mengembangkan formulasi Inkorporasi antara Nanoemulsi ekstrak daun Kulim dengan Thermosensitive gel dengan nama produk “Lim Gel” dari tanaman daun Kulim.
Produk ini memiliki kemampuan signifikan untuk mencegah dan menyembuhkan pembentukan biofilm pada ulkus diabetikum, sehingga mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut terkait ulkus diabetikum. Daun Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc) mengandung senyawa aktif yaitu Tanin sebagai antimikroba, yang dapat membantu mengurangi penggunaan antibotik yang berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik,
Limgel telah terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan biofilm Pseudomonas Aeruginosa pada diabetic foot ulcer yang sering ditemui. Hal ini menjadi dasar pengembangan Lim Gel sebagai agen antibiofilm pada luka kaki diabetes (diabetic foot ulcer).
Inovasi ini tidak hanya mengenai IPTEK dan Sains, tetapi juga tentang bagaimana alam bisa memberikan solusi dalam tantangan kesehatan yang kompleks. Dengan Lim Gel, kita memiliki harapan untuk mengurangi risiko infeksi kateter yang berbahaya dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Produk ini merupakan langkah besar dalam mewujudkan perawatan medis yang lebih aman dan efektif. (*)