“Mekanisme bantuan akan segera diumumkan,” kata perwakilan Pertamina dalam rapat. Uji coba penggunaan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan filter karbon aktif juga sedang dipersiapkan untuk menangani kontaminasi. Meski khawatir, warga menyatakan siap membantu distribusi air bersih. Namun, di balik kerja sama itu, ada ketidakpastian. Chaidiel, mewakili warga di ring 1 yang terdampak langsung berharap ada kompensasi atas kerugian yang dialami.
“Warga takut nyalakan kompor karena bau gas. Kami hanya dapat susu beruang, masker, dan suplemen, itu pun tak cukup untuk semua,” ujarnya. Dinarti menambahkan, “Bantuan cuma masker dan susu, tapi badan saya masih lemas. Kami takut.” Di lain sisi, Pertamina menegaskan bahwa situasi terkendali. Sampel air sedang diuji, dan langkah teknis seperti penambahan bahan kimia serta filter sedang diterapkan.
Namun, bagi warga seperti Dinarti, yang kehilangan pendapatan selama lima hari, atau Chaidiel, yang terus ditanya warga soal keamanan, janji-janji teknis belum cukup menenangkan. Di tepi sungai yang kini tercemar, warga Sangasanga menanti kepastian. Air keran yang keruh dan berbau gas menjadi pengingat bahwa kehidupan mereka, untuk sementara, masih digenggam oleh ketidakpastian. (*)