• Senin, 22 Desember 2025

Pemkab Kukar Kaji Pengelolaan Kratom Jadi Komoditas Ekspor, Dorong Manfaat Bagi Masyarakat

Photo Author
- Jumat, 24 Oktober 2025 | 21:30 WIB
Bupati Kukar Aulia Rahman Basri (Elmo/Prokal.co)
Bupati Kukar Aulia Rahman Basri (Elmo/Prokal.co)

PROKAL.CO, TENGGARONG – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) terus menggali potensi komoditas unggulan daerah. Salah satunya tanaman kratom (Mitragyna speciosa), yang kini mulai dikaji secara mendalam untuk dikelola sebagai produk ekspor bernilai tinggi.

Bupati Kukar Aulia Rahman Basri mengatakan, kratom memiliki potensi besar sebagai sumber ekonomi baru, terutama bagi masyarakat di Kecamatan Tenggarong Seberang dan Kota Bangun, yang sejak beberapa tahun terakhir sudah membudidayakan tanaman ini.

“Saat ini kratom sedang dikembangkan di dua wilayah itu sebagai bagian dari upaya membangun industri non-ekstraktif untuk peningkatan perekonomian masyarakat,” ujar Aulia, Kamis (23/10) kemarin kepada awak media.

Ia menyebut, pengkajian tengah dilakukan terhadap rencana pendirian pabrik obat berbasis kratom di Kukar. Kajian tersebut mencakup rantai produksi dari hulu hingga hilir, mulai dari budi daya, proses ekstraksi, hingga tahap ekspor.

“Industri ini bisa dikembangkan karena Kukar punya bahan bakunya. Yang kita perlukan sekarang adalah menyusun langkah strategis agar pengelolaan dan produk yang dihasilkan tidak menyalahi regulasi, terutama dari kementerian,” jelasnya.

Aulia menuturkan, Kukar sudah memiliki pabrik pengolahan kratom di Tenggarong Seberang, meski kapasitasnya masih terbatas. Ke depan, pemerintah daerah ingin memperkuat fasilitas tersebut agar mampu memproses kratom dalam skala industri.

“Pabrik sudah bisa membuat ekstrak, tapi produksinya kecil. Kita ingin ada penguatan kapasitas dan kolaborasi dengan petani,” terangnya.

Sebagai tindak lanjut, Pemkab Kukar telah membentuk kelompok kerja lintas sektor yang melibatkan akademisi Universitas Mulawarman, Dinas Kehutanan, pelaku usaha, dan masyarakat. Tim ini akan melakukan feasibility study serta menyusun rencana aksi lapangan untuk memastikan pengembangan kratom berjalan terukur.

“Sekarang tim sudah final. Tahap berikutnya adalah feasibility study dan rencana aksi di lapangan,” tambahnya.

Produk kratom asal Kukar sebenarnya sudah menembus pasar internasional. Dalam ekspor perdana ke India senilai Rp17 miliar yang dilepas Menteri Perdagangan RI Budi Santoso pada Februari lalu, sebagian besar bahan baku berasal dari Tenggarong Seberang. Namun, hingga kini nama daerah penghasil belum tercatat dalam data ekspor nasional karena proses pengiriman masih melalui Jakarta.

“Kalau kita di sini tak bekerja, produk kita yang diekspor, tapi yang tercatat adalah Jakarta,” kata Aulia.

Kondisi ini membuat Pemkab Kukar ingin agar fasilitas ekspor dan pengujian kualitas bisa dibangun di daerah sendiri. Saat ini Kukar belum memiliki laboratorium uji maupun mesin x-ray untuk sertifikasi ekspor. Padahal, peraturan terbaru dari Kementerian Perdagangan mewajibkan kratom berbentuk serbuk di bawah 600 mikron, dengan harga jual mencapai US$5 per kilogram atau sekitar Rp82 ribu.


Aulia menegaskan, tujuan akhir dari seluruh proses ini adalah agar manfaat kratom dirasakan langsung oleh masyarakat Kukar, bukan hanya pelaku ekspor di luar daerah.

“Termasuk soal izin pengelolaan, kami ingin mendapat rekomendasi dari kementerian, apakah lebih baik dikelola oleh kelompok masyarakat atau perusda. Sesuatu yang baik harus dilakukan dengan benar,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X