Tidak Harus Ada Kontak Fisik: Limerence bisa terjadi bahkan tanpa interaksi fisik yang signifikan, bahkan terhadap selebriti atau orang yang hanya dikenal sepintas.
Tinjauan dari Sisi Psikologis
Dari sisi psikologis, limerence dapat dilihat sebagai kombinasi dari faktor kognitif dan emosional:
Mekanisme Koping atau Pelarian:
Limerence terkadang bisa berfungsi sebagai mekanisme koping atau pelarian dari masalah pribadi, kesepian, stres, atau ketidakpuasan dalam hidup. Fokus obsesif pada LO bisa mengalihkan perhatian dari masalah internal. Ini bisa menjadi cara untuk mengisi kekosongan emosional atau kebutuhan akan validasi yang belum terpenuhi.
Sistem Reward Otak:
Limerence sangat terkait dengan sistem reward (imbalan) di otak, terutama pelepasan dopamin. Setiap kali ada tanda positif (bahkan yang terkecil dan mungkin hanya persepsi) dari LO, otak melepaskan dopamin, menciptakan perasaan euforia yang kuat. Ini mirip dengan mekanisme kecanduan.
Ketika tidak ada balasan atau ada tanda penolakan, kadar dopamin menurun, menyebabkan perasaan cemas, kesedihan, dan kerinduan yang mendalam, mendorong individu untuk mencari "perbaikan" dopamin lagi.
Pola Keterikatan (Attachment Styles):
Individu dengan pola keterikatan tertentu (misalnya, anxious-preoccupied attachment style) mungkin lebih rentan mengalami limerence. Mereka mungkin memiliki kebutuhan yang lebih besar akan validasi dan takut akan penolakan, yang diperkuat oleh dinamika limerence.
Limerence seringkali muncul ketika ada ambiguitas dalam hubungan, membuat individu terus-menerus mencari petunjuk dan balasan, sesuai dengan pola kecemasan dalam keterikatan.
Gangguan Kognitif (Cognitive Biases):
Bias Konfirmasi: Individu cenderung mencari dan menafsirkan informasi yang mengkonfirmasi keyakinan mereka tentang potensi hubungan dengan LO, bahkan jika ada bukti yang berlawanan.
Idealisasi: Kecenderungan untuk mengidealkan LO, mengabaikan kekurangan dan hanya fokus pada sifat-sifat positif yang dipersepsikan, menciptakan gambaran yang tidak realistis.