• Minggu, 21 Desember 2025

Kenali Limerence, Jatuh Cinta yang Bukan Cinta Biasa, Begini Tinjauan dari Sisi Psikologis

Photo Author
- Rabu, 23 Juli 2025 | 16:00 WIB
Perempuan dan pria.
Perempuan dan pria.

Pernahkan anda melihat seorang wanita yang sangat gandrung dengan artis K-Pop pujaannya. Bahkan sampai-sampai wanita itu berkomunikasi dengan kawan-kawannya dan mengaku atau seolah-olah pacar atau pasangan artis. Semua tentang artis korea itu dia hapal mati dan terobsesi. 

Dalam psikologis, itu dinamakan Limerence. 

Baca Juga: Kenapa Kalau Jatuh Cinta Bawaannya Malas? Ternyata Ini Sebabnya

Limerence adalah sebuah kondisi mental yang melibatkan ketertarikan romantis obsesif dan tak terkendali terhadap orang lain. Ini bukan sekadar jatuh cinta atau cinta biasa, melainkan pengalaman intens yang didominasi oleh fantasi, kebutuhan akan balasan emosional, dan intrusive thoughts (pikiran yang mengganggu dan berulang-ulang) tentang object of desire (objek keinginan) atau limerent object (LO).

Istilah ini pertama kali diciptakan oleh psikolog Dorothy Tennov dalam bukunya tahun 1979, Love and Limerence: The Experience of Being in Love. Tennov melakukan penelitian ekstensif dengan mewawancarai ratusan orang tentang pengalaman jatuh cinta mereka dan mengidentifikasi pola unik yang ia sebut limerence.

Baca Juga: Anda Naksir dan Jatuh Cinta dengan Bos Sendiri? Begini Cara Menanganinya dengan Profesional

Karakteristik Utama Limerence:

Pikiran Intrusif (Intrusive Thoughts): Individu yang mengalami limerence secara konstan memikirkan LO. Pikiran ini bisa sangat detail dan berulang, seringkali di luar kendali mereka. Setiap kejadian, percakapan, atau objek bisa memicu pikiran tentang LO.

Fantasi Obsesif: Ada kecenderungan kuat untuk berfantasi tentang LO, seringkali membayangkan skenario romantis, percakapan, atau masa depan bersama. Fantasi ini sering kali dirancang untuk mencari balasan dari LO.

Kebutuhan Akan Balasan (Reciprocity): Dorongan utama dalam limerence adalah mendapatkan balasan perasaan dari LO. Ada rasa gembira yang luar biasa jika ada tanda positif (sekecil apa pun) dari LO, dan rasa putus asa yang mendalam jika ada tanda penolakan.

Emosi yang Fluktuatif: Suasana hati sangat bergantung pada persepsi terhadap perasaan LO. Sedikit senyuman atau tatapan bisa menghasilkan euforia, sementara ketidaktahuan atau penolakan bisa menyebabkan disforia atau kesedihan ekstrem.

Ketakutan Akan Penolakan: Ada ketakutan mendalam akan penolakan dari LO, yang bisa sangat melumpuhkan.

Memperbesar Sifat Positif LO: Individu cenderung mengidealkan LO, melihat sifat-sifat positif mereka secara berlebihan dan mengabaikan atau merasionalisasi kekurangan mereka.

Tidak Sadar Akan Keadaan Sendiri: Seringkali, individu yang mengalami limerence tidak menyadari bahwa mereka berada dalam kondisi yang berbeda dari cinta biasa. Mereka mungkin percaya ini adalah "cinta sejati" atau takdir.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X