Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad, sebagai uswatun hasanah (teladan terbaik) dalam setiap aspek kehidupan kita.
Di tengah hamparan sejarah Islam yang membentang luas, satu hal yang tak pernah pudar adalah seruan untuk berdakwah. Dakwah, yang secara harfiah berarti “memanggil” atau “mengajak”, adalah jantung dari risalah kenabian. Ia merupakan tugas mulia yang diemban oleh para utusan Allah, dan kini, menjadi tanggung jawab setiap Muslim.
Dari mimbar Nabi Muhammad SAW yang sederhana, hingga surat-surat yang dikirim kepada para raja dan penguasa, dakwah selalu beradaptasi dengan zamannya. Kini, di abad ke-21, dakwah menghadapi tantangan dan peluang baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya: era digital dan kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Juli 2025: Fenomena Sound Horeg Menurut Pandangan Islam
Khutbah ini akan mengupas tuntas bagaimana kecerdasan buatan dapat menjadi mitra strategis dalam menyebarkan pesan Islam, bukan sebagai pengganti dai, melainkan sebagai alat yang memperkuat, memperluas, dan mempermudah dakwah.
Kita akan menelusuri landasan syar’i, potensi-potensi inovatif, hingga tantangan etika yang harus dihadapi. Tema khutbah kita hari ini adalah “Jihad Digital Bersenjata Internet dan Amunisi AI.” Ini adalah jihad dalam arti berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menyebarkan kebaikan dan melawan kebatilan di ruang digital.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Panggilan Suci di Era Digital: Memahami Dalil Dakwah
Sebelum kita melangkah lebih jauh ke ranah teknologi, penting bagi kita untuk kembali meresapi mengapa dakwah itu begitu penting. Al-Qur’an dan Hadis telah memberikan landasan yang kokoh tentang urgensi dakwah, yang seolah-olah berbicara langsung kepada kita di masa kini.
1. Perintah untuk Berdakwah dengan Hikmah
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Ayat ini adalah pedoman fundamental dalam berdakwah. Allah memerintahkan kita untuk menggunakan hikmah (kebijaksanaan) dan mau’izah hasanah (nasihat yang baik). Hikmah di sini berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, berbicara dengan bijak, sesuai dengan kondisi audiens.
Pengajaran yang baik berarti menyampaikan pesan dengan cara yang penuh kasih sayang, tidak menghakimi, dan mudah dipahami. Di sinilah AI dapat berperan. Dengan kemampuannya menganalisis data, AI dapat membantu dai menemukan “hikmah” dalam menyusun konten yang relevan dan disampaikan dengan cara yang paling efektif untuk audiens tertentu, mulai dari personalisasi konten hingga pemilihan platform yang tepat.