Mulyanto menegaskan, sebagai negara net importer migas, kenaikan harga migas dunia akan berdampak negatif bagi APBN, apalagi ketika kenaikan tersebut berbarengan dengan naiknya permintaan di dalam negeri serta melonjaknya kurs dolar terhadap rupiah.
Menurutnya, hal itu tentu berbeda ketika zaman Indonesia berjaya sebagai negara pengekspor migas. "Dimana kenaikan harga migas dunia adalah berkah buat APBN kita," kata legislator asal Dapil Tangerang Raya itu.
Dia mengatakan, kemarin (15/4) harga minyak WTI sebesar USD 85.6 per barel. Harga itu mengalami menailan sejak awal tahun. Yang semula harganya sebesar USD 70 per barel atau naik sebesar 22 persen.
Angka yang lumayan besar dan jauh di atas asumsi makro APBN 2024 yang hanya sebesar USD 82 per barel. "Padahal Menteri ESDM baru saja menetapkan ICP Maret 2024 sebesar USD 83.8 per barel (2 April 2024)," jelas Mulyanto.
Dia minta agar langkah antisipatif pemerintah tersebut tidak mengambil opsi kebijakan yang merugikan rakyat kecil, seperti kenaikan harga BBM atau gas LPG bersubsidi. "Langkah antisipasinya jangan malah mengorbankan rakyat dan meningkatkan inflasi," tegas Mulyanto. (dee/lum)