“Yang berizin pun kita akan lakukan assessment ulang agar kita mendapatkan bus yang memang memenuhi syarat untuk melakukan perjalanan panjang,” ucap mantan dirut PT Angkasa Pura II itu.
Budi menyadari salah satu masalah fundamental dalam bisnis bus pariwisata adalah sopir. Menurutnya ada beberapa kasus yang mengidentifikasikan kalau sopir tidak memiliki kualifikasi. Baik itu kualifikasi terkait kemampuan berkendara maupun pengenalan medan jalan.
“Sopir juga menjadi satu perhatian kami. Ini tidak mudah karena sopir angkutan pariwisata ini seasonal, tidak selalu ada,” bebernya.
Sementara itu, pengamat Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijawarno menyebut profesi pengemudi bus memiliki risiko tinggi, namun rendah penghasilannya.
Kondisi itu yang membuat jumlah pengemudi bus juga sangat terbatas. “Setahu saya angka pengemudi bus selalu turun, tidak banyak yang mau menjadi pengemudi bus,” urainya.
Kondisi itu tentunya perlu untuk diatasi. Dengan peningkatan kemampuan sekaligus memastikan pengemudi bus bekerja sesuai porsinya. “Jangan sampai pengemudi bus ini dipaksa bekerja melebihi waktu ketentuan,” tegasnya. (idr/JPG/rom/k8)