Keluhan mengenai kualitas Pertamax sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat. Namun, kemarahan publik semakin memuncak setelah terungkapnya dugaan praktik pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax oleh PT Pertamina Patra Niaga.
Kegeraman publik ini banyak ditemui di media sosial sejak kemarin. Banyak yang terheran-heran mengapa Pertamina sampai berani menipu rakyatnya sendiri. "Lu beli pertamax karna lu ngerasa mampu dan biar subsidinya tepat sasaran, taunya malah lu kena tipu, yang lu dapet malah pertalite oplosan," tulis @andi***.
Baca Juga: Pertamina Bantah Pengoplosan BBM Pertamax
Kegeraman publik ini memuncak setelah Kejaksaan Agung telah menetapkan tujuh tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023.
Salah satu modus yang diungkap adalah pencampuran Pertalite (RON 90) agar menyerupai Pertamax (RON 92) sebelum dijual dengan harga lebih tinggi. Skandal ini diperkirakan merugikan negara hingga Rp193,7 triliun.
Sebelum kasus ini terbongkar, Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, sudah lebih dulu menyoroti kualitas Pertamax yang disebut-sebut dapat merusak mesin kendaraan. Dalam rapat bersama Direktur Utama PT Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, pada 3 Desember 2024, Mufti mengungkapkan bahwa banyak masyarakat mengeluhkan kendaraannya mengalami masalah setelah menggunakan Pertamax.
"Ternyata hampir semua masyarakat mengatakan bahwa kualitas Pertamax ini, kalau beli Pertamax Pertamina, motornya berebet, dan lama-lama motornya rusak. Ini yang ngomong ribuan orang," ungkap Mufti.
Ia juga menyoroti harga BBM di Indonesia yang lebih mahal dibandingkan Malaysia. Menurutnya, harga BBM di negara tetangga tersebut bisa lebih murah hingga 50 persen. Ia bahkan mengusulkan agar pemerintah membuka peluang bagi kompetitor asing seperti Petronas jika Pertamina tidak bisa menyediakan BBM berkualitas dengan harga yang kompetitif.
"Kalau Pertamina tidak bisa menghadirkan BBM yang murah dan berkualitas, bubarkan saja. Kasih kesempatan Petronas untuk masuk ke Indonesia agar BBM lebih murah," tegasnya.
Menanggapi keluhan ini, Direktur Utama PT Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan uji sampel di beberapa SPBU terkait laporan kualitas Pertamax yang meragukan. Hasilnya menunjukkan bahwa standar dan parameter BBM tersebut masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Namun, dengan adanya pengungkapan dugaan pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax, publik semakin mempertanyakan kualitas BBM yang mereka konsumsi sehari-hari. Kasus ini juga memunculkan kecurigaan bahwa praktik serupa mungkin telah berlangsung dalam waktu yang lama tanpa disadari masyarakat.
Kini, masyarakat menanti langkah konkret dari pemerintah dan Pertamina dalam memastikan kualitas BBM yang beredar benar-benar sesuai dengan standar serta transparansi dalam pengelolaannya. (*)