JAKARTA - Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2025 akan mengalami perubahan besar yang belum pernah diterapkan pada seleksi tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah tengah menyiapkan sejumlah pembaruan sistem demi menciptakan proses rekrutmen yang lebih fleksibel, transparan, dan efisien. Jika sebelumnya proses seleksi CPNS bersifat seragam dan kaku, maka pada 2025, peserta akan dihadapkan pada sistem yang lebih modern dan adaptif.
Perubahan ini disebut-sebut mengadopsi model seleksi seperti TOEFL atau IELTS, yang memungkinkan peserta lebih leluasa dalam menentukan strategi terbaik mereka.
Berikut sejumlah perubahan penting yang perlu diketahui oleh para calon peserta CPNS 2025:
1. Ujian Bisa Dipilih Sendiri
Berbeda dari tahun sebelumnya yang menggunakan sistem jadwal serentak nasional, CPNS 2025 memberi keleluasaan bagi peserta untuk memilih sendiri waktu dan lokasi ujian. Sistem ini sangat mirip dengan mekanisme ujian internasional seperti TOEFL, yang memungkinkan peserta menjadwalkan ujian sesuai kesiapan dan ketersediaan lokasi.
Kebijakan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi peserta dari berbagai daerah dan mencegah penumpukan peserta di satu lokasi ujian.
2. Hasil SKD Berlaku Dua Tahun
Perubahan besar lainnya adalah terkait masa berlaku hasil Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Jika pada tahun sebelumnya peserta harus mengikuti seluruh proses dari awal jika gagal, kini hasil SKD dapat digunakan selama dua tahun.
Artinya, peserta yang berhasil lulus SKD tahun ini dapat menggunakan nilai tersebut untuk seleksi tahun berikutnya, tanpa perlu mengulang tes dari awal. Hal ini akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya bagi peserta yang ingin mencoba kembali di formasi berbeda.
3. Bisa Ulang Sebagian Tes Saja
CPNS 2025 juga memperkenalkan sistem pengulangan subtes, di mana peserta hanya perlu mengulang bagian tes yang belum mencapai nilai ambang batas (passing grade).
Misalnya, jika gagal hanya di Tes Karakteristik Pribadi (TKP), peserta cukup mengulang TKP saja tanpa perlu mengulang Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dan Tes Intelegensi Umum (TIU). Model ini jauh lebih adil dan efektif dibanding sistem sebelumnya yang mengharuskan peserta mengulang semua bagian tes meski hanya gagal di satu subtes.
4. Gunakan Teknologi AI dan Big Data