Prokal.co, SANGATTA - Kabupaten Kutai Timur (Kutim) digadang-gadang menjadi daerah dengan angka pengangguran yang cukup tinggi. Hal ini sudah seharusnya ditangani dengan cepat.
Seperti yang diungkapkan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim Fitriyani. Perempuan berjilbab ini membenarkan hal itu. Ia mengaku sangat menyayangkan permsalahan tersebut terjadi di Kutim.
Pihaknya pun bergegas membahas mengenai pemberdayaan masyarakat, dimana angka pengangguran di Kutim masuk dalam urutan kelima, dan terkait sistem penerimaan pekerja harus memiliki skil.
Ia menawarkan solusi konkret. Dimana kata Fitri (sapaan karibnya), untuk pemula bisa mempertajam ilmu dan skil melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang diadakan oleh pemerintah.
Kendati hal itu telah disediakan tanpa pungutan biaya oleh pemerintah daerah, namun, masih ada saja kendala lain dalam optimalisasi sumber daya tersebut.
“Masalahnya dari pihak kontraktor kadang mengrekrut tetapi menyekolahkan lagi untuk pembinaan-pembinaan atau latihan ke daerah-daerah luar. Sebenarnya hal seperti ini bisa saja, tinggal komunikasinya saja,” ungkap ia pada Rabu (12/6) pagi.
Politisi PPP itu juga mengingatkan perlunya regulasi yang lebih efektif dalam menjamin peluang kerja bagi tenaga kerja lokal, mengingat praktik rekrutmen yang mungkin tidak selalu menguntungkan mereka.
“Adanya Perda ketenagakerjaan antara 80-20 atau 70-30 lapak tenaga kerja lokal tetapi hal ini tidak efektif, jadi tinggal penjemputannya lagi dari dinas itu bagaimana caranya,” terang ia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dalam upaya untuk menyederhanakan proses penerimaan kerja melalui satu pintu di Dinas Tenaga Kerja juga diusulkan, dengan harapan dapat memastikan bahwa tenaga kerja lokal yang memiliki kualifikasi dapat memanfaatkan peluang kerja dengan lebih baik daripada pendatang yang hanya mengatasnamakan KTP Kutim.
“Kami mau satu pintu dari disnaker tapi ujung-ujungnya tidak memungkinkan juga, buktinya dari kecamatan yang membuka dan dari perusahan melalui website juga membuka jadi kita juga kesulitan. Padahal kita berharap bisa seleksi satu pintu. Minimal penyerapan tenaga kerja bisa dinilai dari pendidikan yang dijalankan si pelamar itu yang asli dan lama di Kutim," tegasnya. (la/adv/pro12/jun)