Irianto Lambrie, satu di antara sekian banyak tokoh di Kalimantan Timur (Kaltim) punya kiprah apik. Dia begitu dekat dengan dunia jurnalistik. Puluhan tahun di dunia birokrasi.
Prokal.co, DITETAPKAN sebagai provinsi baru di Kalimantan, Kaltara kala itu dipimpin seorang pejabat. Dia adalah Irianto Lambrie. Sebagai kepala daerah pemekaran baru, Irianto yang kala itu menjabat sebagai sekprov Kaltim di kepemimpinan Awang Faroek Ishak, tepatnya punya tugas luar biasa.
“Saya berhadapan dengan beragam macam karakter manusia. Terlebih dalam karier di birokrasi. Sejak awal era 80-an sudah ada di dunia birokrasi yang penuh warna. Pensiun pun jabatan sekprov di Kaltim,” ceritanya.
Sebagai birokrat dengan golongan eselon I kala itu, tentu yang paling dekat. Secara struktural untuk mengisi penjabat gubernur di Kaltara.
“Untuk sampai golongan itu, mengawali dari pangkat paling bawah. Pangkat 3A di usia 24 tahun, dan pensiun dini 2015 saat berusia 57 tahun. Sebenarnya karier saya di birokrasi ajek, sesuai aturan ASN,” bebernya.
Dalam dunia birokrasi, jenjang kepangkatan biasanya naik empat tahun sekali. Paling cepat dua tahun sekali. Namun, hal itu tentu jika berprestasi.
Nah, selama itu pula Irianto mempelajari segalanya, memahami tentang pemerintahan Indonesia.
POLITIK NEGARAWAN
Di Kaltara, dari kamar mandi, musala hingga beragam perubahan. Melansir dari buku Irianto Lambrie; Birokrasi Pembangunan Negarawan (2021), baginya politik bukan melulu urusan kekuasaan. “Politik menjadi alat menunjukkan bakti kepada negara.
Terkesan mungkin klise, tapi itu memang wujud dari kegelisahan saya selama berkarier. Entah sebagai birokrat atau harus menceburkan diri ke politik. Politik tak selamanya harus berjejalan dengan perilaku kotor,” ujarnya.
Untuk membentuk suatu tatanan, perlu banyak hal yang dikorbankan. Termasuk kenikmatan dalam berpolitik praktis yang bisa membawa banyak cobaan.
Sikap negarawan wajib hukumnya untuk dimiliki, setidaknya bagi para politikus yang memikirkan nasib bangsa dan negaranya.