Pilkada Serentak 2024 di level kabupaten/kota di Kaltim, lebih dinamis. Di Samarinda misalnya, dengan hanya adanya bapaslon tunggal Andi Harun- Saefuddin Zuhri versus kotak kosong, maka akan menjadi panggung bagi Andi Harun sebagai petahana.
Andi Harun yang diusung 11 parpol dari KIM Plus ditambah PDIP membuktikan kekuatan besar Andi Harun sebagai tokoh politik. Sehingga tidak ada kesempatan tokoh lain maju.
“Parpol pun sadar betapa kuatnya Andi Harun di Samarinda. Jadi akan hanya buang-buang uang dan tenaga kalau mau mengusung paslon lain. Bisa dipastikan Andi Harun bakal melenggang (terpilih kembali sebagai wali kota Samarinda). Karena memang program Andi Harun sebelumnya benar-benar dirasakan manfaatnya bagi warga Samarinda,” ucap pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Sonny Sudiar.
Baca Juga: Tensi Tinggi Pilkada di Kaltim, Pertarungan Figur dan Politik Pusat
Daerah lain yang menarik untuk dicermati adalah Balikpapan. Dengan skenario sebelumnya Rah'mad Mas'ud yang kemudian berpasangan dengan Bagus Susetyo sebagai petahana melawan kotak kosong, terbukti saat ini justru muncul dua paslon tandingan. Yakni M Sa'bani — Syukri Wahid dan Rendi Ismail — Eddy Sunardi.
“Saya justru menduga, dengan kemunculan Sa'bani — Syukri ini sebagai skenario pemecah dan melemahkan suara untuk kubu Rendi-Eddy yang diusung PDIP. Karena dari setiap gelaran pemilu yang diikuti tiga paslon, maka ditengarai kuat salah satu paslon yang terbentuk bertujuan untuk melemahkan suara paslon lainnya yang dianggap sebagai ancaman paslon yang kansnya mendominasi,” bebernya.
Adapun pilkada di kabupaten/kota lain, kata dia, lebih cair karena selain peta kekuatan politiknya beragam, juga banyak faktor yang menentukan pilihan parpol dalam berkoalisi. Terutama figur yang diusung. Sehingga kepentingan parpol tidak banyak bermain dan lebih memilih menyusun kekuatan baru agar bisa memenangkan pilkada.
“Beda dengan Pilgub Kaltim, dominasi parpol di kabupaten/kota beragam bergantung siapa figur yang berkuasa dan figur yang punya kans kuat untuk melawan petahana yang kembali maju,” ucap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmul itu.
Kecuali di Samarinda, pertarungan Pilkada 2024 di Kaltim mencapai titik di mana demokrasi berada di level tertingginya. Baik yang diikuti oleh dua bapaslon hingga yang empat bapaslon. Itu menggambarkan tidak ada figur dan parpol yang saling mendominasi parpol lainnya.
“Dalam konteks demokrasi semakin banyak paslon yang ikut dalam pemilu, maka semakin baik. Sehingga kedaulatan itu ada di tangan rakyat, dalam hal ini pemilih,” ungkap pengamat politik dari Unmul Saipul Bahtiar, Sabtu (31/8). (*)