SAMARINDA - Debat publik Pilkada Kaltim pertama kali yang berlangsung di Plenary Hall Sempaja, Rabu 23 Oktober 2024, benar-benar dimanfaatkan Rudy Mas'ud dan Isran Noor untuk saling mengoreksi.
Rudy Mas'ud tampil dengan peci hitam dan seragam biru mempertanyakan Provinsi Kaltim yang telah dipimpin Isran selama lima tahun miliki APBD sangat besar belum maksimal membantu masyarakat memiliki rumah.Ia pun mencontohkan kondisi Samarinda dan Balikpapan masing-masing 34 persen jumlah masyarakatnya tak memiliki rumah.
"Masyarakat kita miskin. Padahal anggaran kita (APBD Kaltim) begitu besarnya. Anggaran yang besar dikemanakan saja," kata Rudy Mas'ud.
Rudy Mas'ud menilai warga kota Samarinda dan Balikpapan tak punya rumah dikarenakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah dan program pemerintah yang belum pro terhadap masyarakat miskin serta belum ada dorongan dari kepala daerah untuk membantu masyarakat kredit rumah.
"Belum adanya dorongan kepala daerah memfasilitasi agar masyarakat mendapat fasilitas yang mudah misalkan kredit KPR. Kemudian, di daerah padat penduduk, dibangunkan rumah-rumah yang bisa bermanfaat untuk masyarakat kita. Khususnya rumah murah," katanya.
Isran Noor pun menjawab anggaran pemerintah yang besar digunakan berdasarkan prioritas. Menurutnya, anggaran banyak jadi masalah apabila dikorupsi.
Ia pun menyebut bahwa bangsa Indonesia sudah maju tetapi masih banyak korupsi terjadi. "Banyak keluarga keluarga korupsi. Masalahnya disitu," katanya.
Dan Isran Noor dengan suara lantang berujar ia memimpin selama lima tahun Kaltim sebut tak ada sama kali anggaran yang dikorupsi meski anggarannya sangat besar.
"Kalimantan Timur punya anggaran yang besar. Sampai sekarang selama lima tahun, tidak ada dana yang kami korupsi," kata Isran.
Hadi pun membantu menjawab pertanyaan Rudy Mas'ud. Ia jelaskan bahwa jumlah masyarakat Kaltim tak punya rumah itu masih rendah dibanding rata-rata angka nasional.
"Angka itu juga (masyarakat tak miliki rumah) jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Jadi, saya dosen statistik, saya suka lihat angka-angka. Angka itu dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Lihat perbandingan provinsi dan pusat. Itu cara melihat data," kata Hadi. (*)