Untuk pertama kalinya Video Assistant Referee (VAR) secara resmi digunakan dalam kompetisi sepak bola Indonesia. Penggunan VAR, tepatnya berlangsung di final kompetisi Elite Pro Academy (EPA) U-20 di Stadion Manahan, Solo, saat laga Persis Solo menghadapi Persita Tangerang pada Kamis (7/3).
Pertandingan final kompetisi umur itu dipimpin langsung oleh wasit Thoriq M Alkatiri. Thoriq mengaku sempat tegang dan berusaha adaptasi karena ada beberapa faktor teknis yang sedikit berbeda dengan pertandingan tanpa menggunakan VAR.
“Pertama kali ya ada tegangnya, wajar karena ini pertama kami menggunakan VAR di kompetisi resmi. Tapi alhamdulillah setelah 10-15 menit kami sudah terbiasa karena pada dasarnya tidak berbeda jauh. Cuma ada beberapa teknis yang perlu diadaptasi,” ujarnya seperti dilansir dari Radar Solo (JawaPos Group).
Ketegangan ternyata bukan hanya dirasakan oleh Thoriq saja, dirinya mengungkapkan bahwa ketegangan juga dirasakan oleh tim wasit lainnya yang bertugas menjadi operator di ruangan VAR. “Iya deg degan tadi karena ada yang takut salah. Termasuk yang ada di ruangan VAR itu, meskipun di ruangan itu dingin sekali tapi mereka sampai berkeringat, karena memang pertama kali menggunakan VAR di kompetisi resmi,” ungkapnya.
Pada pertandingan final EPA Kamis (7/3) sore itu, VAR digunakan pada menit ke-81 saat Persita Tangerang hampir saja diberi hadiah tendangan penalti oleh wasit Thoriq.
Kejadian itu setelah Reza Alfariz dianggap melanggar Kaka Reda di kotak penalti. Namun akhirnya, keputusan penalti itu dianulir oleh wasit.
“Saya melihat pemain Persita jatuh dulu sebelum di-tackle. Ya memang ada tackle tapi pemain itu jatuh terlebih dahulu sebelum tackle itu terjadi. Jadi saya cancel penaltinya,” kata Thoriq.
Thoriq merasa bahwa teknologi VAR ini ke depannya akan menjadi angin segar bagi dunia sepak bola di Indonesia. Dengan bukti yang sudah jelas di pertandingan tersebut yakni kejadian dalam pertandingan masuk dalam kamera dan live televisi.
“Jadi pasti bisa menerima dan bisa memaklumi Ketika ada keputusan yang kemudian dicek di VAR dan bisa berubah. Tapi bisa juga tetap, hal itu tergantung pada penilaian wasit yang memimpin pertandingan itu sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, Alief Syafrizal selaku pelatih Persis Solo U-20 mengaku bangga bisa menjadi salah satu tim pertama di kompetisi resmi sepak bola Indonesia yang mencoba penggunaan VAR.
“Kami di ruang ganti tadi berbicara bahwa ini adalah pertandingan bersejarah bagi kita. Di luar kompetisi internasional, kita adalah pelaku pertama yang menggunakan VAR. Tadi juga sempat ada momen tidak jadi penalti itu memang sangat membantu tugas wasit,” ungkap Alief.
Ia menambahkan bahwa penggunaan VAR di kompetisi sepak bola resmi di Indonesia akan banyak membantu jalannya pertandingan ke depannya.
Sebab, pemain, pelatih, atau ofisial tidak akan gampang melakukan protes berlebihan jika sudah ditentukan oleh VAR.