Catatan: Faroq Zamzami
(Wartawan Prokal.co)
PROKAl.CO, BALIKPAPAN-Saya secara alamiah adalah fans Putra Samarinda (Pusam). Klub sepak bola kebanggan Kota Samarinda zaman sekolah dulu. Jadi fans Pusam karena alasan sangat sederhana, faktor teritorial.
Lahir dan menghabiskan masa kecil di Samarinda, ya sudah secara natural sukanya Pusam.
Fans biasa saja. Bukan garis keras. Bisa juga dibilang fans sekadarnya. Asal punya tim sepak bola idola di tanah kelahiran. Biar enggak ketinggalan dalam pergaulan.
Baca Juga: Koalisi Dosen Universitas Mulawarman Tolak Konsesi Tambang Untuk Perguruan Tinggi
Fans yang kalau diajak bicara sepak bola lokal bisalah sedikit-sedikit mengimbangi walaupun lebih banyak diamnya. Fans yang tak punya jersey tim idola karena belum sampai kepikiran untuk menabung demi membeli jersey-nya.
Jauh waktu setelah bekerja baru bisa punya jersey Persisam Putra, juga klub sepak bola asal Samarinda yang merupakan gabungan dengan Pusam.
Saya tahu Pusam sejak SMP. Saya masuk SMP 1996. Tahun masuk itu cuma patokan waktu biar pembaca punya gambaran pada masa itu. Sekalian romantisme.
Tahun-tahun saat saya SMP itu Pusam jadi perbincangan. Pemicunya, ada pemain dunia yang bergabung. Walau usianya sudah tak lagi muda. Roger Mila.
Penyerang Kamerun yang tercatat sebagai pemain tertua di Piala Dunia yang mencetak gol di ajang itu. Usianya saat Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat adalah 42 tahun. Dia bergabung ke Pusam dari Pelita Jaya.
Wikipedia mencatat dia hanya satu musim di Pusam. Pada 1995-1996. Berarti Roger Mila hengkang dari Pusam, saya baru masuk SMP.
Baca Juga: Belasan Pejabat di Polres Berau Dites Urine, Ini Hasilnya
Saat SMP dan SMA itu saya semakin tahu kiprah Pusam meski bersekolah di Balikpapan. Selain dari saling bercerita dengan sesama teman asal Samarinda yang juga bersekolah di Balikpapan, juga pengetahuan dari sesekali menonton ulasan sepak bola Indonesia di televisi.
Saat SMP itu saya tinggal di asrama. Di asrama kami dulu, pihak sekolah menyiapkan sebuah majalah dinding untuk menempatkan lembaran-lembaran koran.
Dari koran Kaltim Post itu, dulu bernama ManuntunG, kami, anak-anak asrama dapat informasi tentang apa saja.
Kebanyakan kami suka membaca berita seputar sepak bola. Seperti kebanyakan anak-anak SMP dan SMA masa itu. Dari situ pula sesekali saya mendapat informasi tentang sepak terjang Pusam.
Juga mendapatkan informasi seputar liga Indonesia secara umum dari tabloid Bola yang terbit dua kali seminggu, tiap Selasa dan Jumat. Ada kakak tingkat, yang kamarnya bersebelahan, berlangganan Bola.
Baca Juga: Disdikbud Paser Sudah Siapkan Jadwal Libur Selama Ramadan, Ini Waktu-Waktunya
Biasanya, tabloid seminggu dua kali itu akan digilir dibaca oleh teman-teman, tentunya setelah si empunya tabloid hatam.
Muaranya adalah menggunting gambar-gambar pemain dunia dari tabloid itu, kemudian ditempel di pintu lemari baju atau di dinding dekat ranjang. Atau juga di sampul buku tulis sekolah.