• Minggu, 21 Desember 2025

Rivalitas Samarinda-Balikpapan, Masih Adakah?

Photo Author
- Sabtu, 6 April 2024 | 13:13 WIB
Faroq Zamzami
Faroq Zamzami

Biasanya setelah digilir beberapa orang yang tersisa gambar-gambar pemain-pemain liga Indonesia. Mereka tentu mengutamakan mengambil gambar-gambar pemain dunia, yang saat itu Serie A Italia paling primadona.

Saat itu nama-nama pemain Pusam yang saya ingat ada Ibrahim Lestaluhu, Yance Katehokang, dan Ebwelle Bertin.

Saat kelas dua atau kelas tiga SMP, saya pernah sekali nonton derbi panas antara Persiba versus Pusam di Stadion Parikesit, yang saat ini stadion itu sudah tak bersisa karena jadi bagian dari perluasan kompleks Pertamina.

Baca Juga: Pendaftaran Tahap Pertama Beasiswa Kukar Idaman Tahun 2025 Resmi Dibuka, Sediakan 1.300 Kuota

Saya bersama tiga teman. Semua dari Samarinda. Pertandingan sore. Dari sekolah ke stadion kami masih pakai seragam sekolah.  

Biar murah bayar angkutan kota (angkot). Sekolah kami madrasah, jadi sejak SMP sudah pakai celana panjang, di mana pada masa itu SMP negeri umumnya masih pakai celana pendek di atas lutut.  

Style kami semua saat itu adalah pakai celana Pramuka, baju putih SMP, biar sekilas dikira siswa SMA. Harga karcis masuk stadion saat itu kalau tidak salah ingat yang kami beli Rp 4.000 per orang.

Kami menonton di barisan yang menghadap tribune beratap. Barisan bangku terbuka. Bukan juga bangku sebenarnya tapi lebih pada tangga semen disusun bertingkat, jadi penonton menyaksikan laga sambil berdiri.

Tak ada yang tahu kami adalah anak Samarinda, fans Pusam di antara lautan fans Persiba. Saat itu Pusam kalah 1-2.  Satu pemain yang sangat melekat di kepala saat derbi  itu adalah Ebwelle Bertin.

Baca Juga: Tabung Melon Resmi Dilarang Beredar di Warung Eceran, Pegadang Keluhkan Akses dari Agen

Tapi jika melihat tahun kiprahnya di Pusam dari Wikipedia, dengan sepengetahuan saya sepertinya tidak sesuai, tapi saya tahu ada Ebwelle Bertin, pemain Kamerun, di laga itu.

Yang paling teringat adalah saat dia membawa bola, para fans Persiba di sekitar saya saat itu meneriakinnya dengan kaki ulin. Hal itu masih melekat di kepala.

RIVALITAS DUA KOTA

Pada masa-masa saya sekolah sampai kuliah dulu, rivalitas orang Samarinda dan Balikpapan sangat tajam. Tak hanya soal sepak bola. Tapi di banyak sendi kehidupan.

Saya merasakan itu karena dulu saat SMP di Balikpapan kerap berdebat mengarah olok-olokan dengan kawan yang dari Balikpapan.

Saya berkawan dekat dengan beberapa teman asal Balikpapan, tapi kalau tiba-tiba membahas sepak bola kami melupakan kalau tinggal satu kamar, dan memasang mode saling serang dengan kata-kata tapi tak pernah sampai ada yang adu tinju.

Sebatas olok-olokan saja. Karena perkawanan lebih kental dari apapun, agaknya itu pikiran kami masa itu. Jadi cukup beradu urat leher.

Kalau yang seumuran saya, atau lebih tua dari saya, atau sedikit lebih muda dari saya pasti tahu, sindir-sindiran antara orang Balikpapan dan Samarinda, selain soal sepak bola.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Faroq Zamzami

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kalah 2 Kali Beruntun, Pelatih Borneo FC Evaluasi

Senin, 8 Desember 2025 | 06:33 WIB
X