Jika kita berbicara mengenai siapa yang berpotensi menjadi penggantinya di masa depan, ini adalah pertanyaan yang kompleks dan tidak ada jawaban pasti. Pemilihan paus berikutnya dilakukan oleh Kolegium Kardinal dalam sebuah konklaf rahasia.
Baca Juga: Paus Fransiskus Sempat Alami Gangguan Pernapasan Berat Sebelum Meninggal
Beberapa faktor yang secara historis mempengaruhi pemilihan paus meliputi:
Usia dan Kesehatan Kardinal Elektor: Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun pada saat lowongnya takhta kepausan berhak untuk memilih dan dipilih. Kesehatan juga menjadi pertimbangan penting.
Pengalaman dan Latar Belakang: Kardinal dengan pengalaman luas dalam kepemimpinan gerejawi, seperti yang pernah menjabat sebagai uskup agung di keuskupan penting atau memegang posisi kunci di Vatikan, sering dianggap sebagai kandidat yang kuat.
Pandangan Teologis dan Politik: Para kardinal akan mempertimbangkan pandangan para kandidat terkait isu-isu penting dalam Gereja dan dunia. Ada berbagai spektrum pandangan di dalam Kolegium Kardinal.
Keseimbangan Geografis: Kadang-kadang ada keinginan untuk memilih seorang paus yang berasal dari luar Eropa, mencerminkan pertumbuhan Gereja Katolik di seluruh dunia.
"Paus Peralihan": Terkadang, para kardinal mungkin memilih seorang kandidat yang lebih tua atau yang dianggap sebagai figur "peralihan" untuk memimpin Gereja dalam periode waktu tertentu sebelum pemilihan paus berikutnya.
Karena sifat rahasia konklaf dan kompleksitas faktor-faktor yang terlibat, sangat sulit untuk memprediksi siapa yang mungkin menjadi paus berikutnya. Seringkali, nama-nama yang banyak diperbincangkan di media tidak menjadi pilihan akhir. (*)