Sekarang pun tentu masih banyak tokohnya, tapi mana suaranya untuk meramaikan musda kali ini?
Musda Golkar Kaltim sekarang tak lagi asyik. Mau suksesi yang maju cuma satu. Yang lain ke mana?
Sudah diprediksi. Jadi sudah ketahuan. Siapa lagi yang jadi pemimpinnya.
Baca Juga: Gaji ke-13 Nakes Kukar Tertunda, Bupati: Bukan Karena Dana Kosong, Tapi Masalah Administrasi
Musda Golkar harusnya asyik. Idealnya sudah “bergejolak” jauh hari sebelum musyawarah digelar.
Nama-nama calon muncul. Tiap kubu saling sorong keunggulan kandidat. Ide bermunculan. Gairah kompetisi terasa.
Gagasan memajukan partai beradu di ruang publik.
Tiap ada suksesi internal harusnya memunculkan tensi. Bukti ada kubu yang berkompetisi. Ada yang berseberangan. Ada yang tak sependapat. Tak melulu harus menyorong kata solid.
Lantas kenapa sekarang tak begitu? Entah. Satu kata ini dulu jawaban saya, karena saya tak punya tendensi apa-apa, dan menulis ini sebagai kontrol media.
Apa karena sekarang Golkar Kaltim tak lagi menghasilkan tokoh-tokoh mumpuni, atau didesain tak ada tokoh yang muncul sementara ini, atau ada yang mau muncul dijegal jangan dulu beraksi?
Mana yang benar, entah, kita, publik yang awam, hanya pendengar dan “pengamat”.
Ya, kita juga tidak mengesampingkan prestasi Rudi Mas’ud selama memimpin Golkar Kaltim lima tahun terakhir ini.
Golkar menguasai provinsi. Pada pemilu 2019, partai berlambang pohon beringin ini mengantongi 350 ribu suara dengan 12 kursi di DPRD Kaltim.
Rudy berhasil mendongkrak suara yang dikantongi partai, bertambah jadi 500 ribu dengan tambahan tiga kursi di Karang Paci, sebutan DPRD Kaltim.