• Senin, 22 Desember 2025

Khutbah Jumat Terbaru, 15 Agustus 2025, tentang Belajar dari Kemerdekaan Para Nabi

Photo Author
- Jumat, 15 Agustus 2025 | 07:54 WIB
Khutbah Jumat terbaru pekan ini, 15 Agustus 2025.  (Canva.com)
Khutbah Jumat terbaru pekan ini, 15 Agustus 2025. (Canva.com)

Hakikat diciptakannya manusia adalah untuk menghamba kepada Allah SWT. Untuk tujuan ini pula Ia mengutus para rasul untuk menyeru kepada umat manusia supaya menunaikan kewajiban itu.

Tak hanya seruan untuk menyembah Allah, para rasul juga bertanggung jawab menjauhkan mereka dari ketundukan kepada selain Allah, termasuk kepada kesemena-menaan, penjajahan, penindasan, atau semacamnya. 

Misi para rasul tersebut tampak dalam surat an-Nahl ayat 36 sebagai berikut:

   وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya: Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thaghut. (QS. An-Nahl: 36)

Secara bahasa, thaghut berakar kata dari thaghâ yang bermakna melampaui batas. Dalam Tafsir al-Quran al-Azim, Ibnu Katsir menafsirkan thaghut sebagai menyembah sesuatu selain Allah.

Menurut pakar tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab, thaghut mengacu pada segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat, manusia durhaka, atau siapa pun yang mengajak pada kesesatan. Ketika membahas surat An-Nahl ayat 36 itu, ia mengartikan thaghut sebagai “tiran yang merusak”.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Memaknai 2 Peristiwa Penting di Hari Asyura, Kapal Nabi Nuh dan Selamatnya Nabi Musa

Hampir semua ulama tafsir sepakat bahwa thaghut identik dengan tindakan di luar batas sebagai bentuk kedurhakaan kepada Allah. Thaghut adalah berhala-berhala yang tak hanya bisa berbentuk patung, tapi juga kondisi-kondisi yang menjauhkan manusia dari ketundukkan hanya kepada Allah.

Dalam sejarah, para rasul diutus juga untuk membebaskan umatnya dari belenggu itu semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam ketaatan kepada Allah SWT. 

Jamaah Jumat Hafidhakumullâh 

Nabi Ibrahim saat diutus oleh Allah mendapati masyarakatnya berkubang dalam keimanan yang rusak. Patung-patung berhala dipertuhankan, termasuk oleh ayahandanya sendiri.

Dengan strategi yang matang, Nabi Ibrahim pun berjuang menyadarkan mereka bahwa berhala tak memiliki kekuatan apa-apa. Memuliakan nya atau bahkan menganggapnya sebagai Tuhan merupakan kesesatan yang nyata.

Tugas Nabi Ibrahim makin berat ketika kesesatan tersebut ditopang kekuasaan zalim Raja Namrud. Ia mesti mengatasi dua persoalan sekaligus, yakni membebaskan umat dari berhala sekaligus memerdekakan mereka dari tiran yang merusak Namrud. Allah menolong Nabi Ibrahim, termasuk ketika beliau dibakar oleh rezim sewenang-wenang tersebut. 

Perjuangan yang mirip juga dialami oleh Nabi Musa. Bahkan, ia tak hanya menghadapi orang yang menyembah selain Allah, melainkan raja yang mengaku sebagai Allah itu sendiri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Redaksi Prokal

Sumber: khutbahsingkat.com

Tags

Rekomendasi

Terkini

X