TANJUNG REDEB - Kapal pengangkut sampah yang beroperasi di Sungai Kelay dan Sungai Segah diakui Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Mustakim Suharjana, berjalan cukup efektif. Pihaknya pun akan menambah dua unit lagi untuk memaksimalkan kebersihan di sekitar sungai.
Diakuinya, satu unit kapal saja tidak cukup untuk membersihkan sampah-sampah di sepanjang Sungai Kelay dan Sungai Segah, karena itu tahun ini pihaknya berencana menambah dua unit lagi untuk memaksimalkan kebersihan tersebut. Apalagi dengan luasnya sungai yang ada, kapal-kapal tersebut jika dihitung tidak akan pernah cukup.
"Kalau menghitung jumlah ideal kapal ini tentu butuh lebih banyak, makanya ini akan kami siasati. Salah-satunya dengan kerja sama pihak ketiga," bebernya, Selasa (18/3).
Ia menilai kapal tersebut cukup efektif untuk membersihkan sampah yang tidak bisa dipungut di sungai. Sementara pengadaan kapal tahun ini masih dalam tahap lelang. Diperkirakan, lelang hingga pengadaan fisiknya akan selesai dalam empat bulan ke depan, jika berkaca pada pengadaan tahun lalu kapasitas maksimalnya juga sama yakni sekitar empat ton sekali angkut.
Dijelaskannya, sampah yang sudah diangkut kapal akan langsung dibawa ke tempat pemrosesan akhir (TPA) setelah sebelumnya dipilah dari banyaknya sampah plastik yang mendominasi.
"Kalau sampah organik ini ditimbun di TPA, suatu saat bisa ditambang dan sudah jadi kompos. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk pupuk," paparnya.
Dirinya menyayangkan masih banyak masyarakat khususnya pengunjung di tepian sungai yang kerap membuang sampah langsung ke sungai.
"Kalau banyak pengunjung di tepian, sampahnya pasti bertambah. Yang ada di darat juga bisa berakhir di sungai karena terbawa arus saat hujan lebat," urainya.
Di samping itu, sarana dan prasarana (sapras) kebersihan diakuinya juga banyak kekurangan, termasuk yang ada di dalam kota masih kurang. Mayoritas umurnya sudah banyak yang tua dan butuh peremajaan. Rencananya pihaknya pun akan melakukan pengadaan sapras di darat.
"Kami berencana menambah sapras di darat dan di sungai, hanya saja personelnya yang kurang," ungkapnya.
Rencananya, kekurangan personel tersebut akan diusahakan dipenuhi dari penggunaan jasa tenaga kerja yang direkrut dari pihak ketiga. Sedangkan untuk mengoperasikan kapal pengangkut sampah dengan memanfaatkan personel di darat yang ditugaskan di sungai.
"Rencana kami akan outsourcing untuk memenuhi kebutuhan tenaga kebersihan yang kekurangan itu," terangnya.
Mustakim menambahkan, untuk sampah kayu yang ada di sungai rencananya akan bekerja sama dengan pihak ketiga, karena pihaknya memiliki keterbatasan tidak bisa mengangkut sampah kayu yang besar. Namun untuk menggandeng masyarakat atau non government organization (NGO) pihaknya harus memberikan contoh nyata terlebih dulu.
Seperti halnya bank sampah yang saat ini sedang digaungkan. Sebelum menggandeng OPD lain, DLHK sudah memiliki bank sampah duluan yang menjadi percontohan. "Kalau kita tidak melaksanakan akan susah menggerakkan yang lain. Tapi problemnya ini sampah kayu, kita wacanakan dengan kerja sama pihak ketiga, mungkin periodik tiga empat bulan sekali," ucapnya.