Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 untuk DPR di Kaltim sudah berlangsung. Perhitungan suara juga masih berjalan. Namun, siapa partai politik pemenang sudah terlihat.
Partai Golongan Karya (Golkar) menjadi jawara perolehan suara sementara Pemilihan Legislatif (Pileg) Kaltim 2024. Data per 1 Maret 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat Golkar mengantongi lebih dari 26 persen suara untuk pileg DPR RI. Menyusul Golkar, ada Partai Gerindra dan PDI Perjuangan di posisi kedua dan ketiga. Lalu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di posisi keempat dan Partai NasDem di posisi kelima.
Pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmum) Samarinda Lutfi Wahyudi menyebut, Golkar sebagai puncak tertinggi perolehan dalam Pileg 2024 disebabkan sejumlah faktor. Faktor yang paling mendominasi disebutnya adalah keberhasilan Golkar dalam mempersonakan diri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.
“Meski Golkar tidak memiliki tokoh sentral dalam pilpres (pemilihan presiden), namun Golkar mampu mempersonakan atau mengindentikkan diri sebagai partai yang lekat dengan Jokowi dan Prabowo-Gibran. Secara political marketing Golkar adalah Jokowi dan Prabowo-Gibran. Strategi itu berhasil dieksekusi Golkar. Dampaknya tentu terhadap perolehan suara termasuk di Kaltim,” ungkap Lutfi, Jumat (1/3).
Namun bukan hanya faktor tersebut, Lutfi percaya, kemampuan Golkar meraih suara terbanyak juga datang dari calon anggota legislatif (caleg) yang bertarung di Pileg 2024. Khususnya di Kaltim, sejumlah caleg merupakan tokoh dengan posisi strategis. Seperti di Balikpapan, di mana Golkar memiliki kader seperti Abdulloh, ketua DPRD Balikpapan dan Rahmad Mas’ud, selaku wali Kota Balikpapan.
Belum lagi tokoh-tokoh Golkar lain yang dianggap memiliki kemampuan finansial tinggi. “Itu yang membuat banyak tokoh Golkar di daerah seperti Abdulloh berani untuk naik tingkat jadi caleg provinsi. Karena melihat situasi di mana Golkar sangat lekat dengan kekuasaan yang ada saat ini. Tentu yang tidak bisa lepas dari Golkar adalah ‘amunisi’ mereka yang tinggi. Singkatnya, Golkar berhasil karena kualitas (caleg), elektabilitas, dan isi tas,” jelas Lutfi.
Dengan modal politik yang tinggi, Lutfi menilai Golkar paling royal kepada konstituennya dan menjadi partai yang berpengalaman dalam pertarungan pemilu. Bahkan dari hasil Pileg 2024, Lutfi melihat sebuah gambaran baru terhadap sikap pemilih di Kaltim.
Di mana jika sebelumnya, ketokohan menjadi sebuah pilihan utama masyarakat menentukan wakil mereka di legislatif. Namun anomalinya, loyalitas terhadap partai tampak lebih besar dibandingkan ketokohan.
“Contoh sederhana kita lihat dari hasil perolehan suara Makmur HAPK. Di mana ketika Pak Makmur berada di Golkar, pada Pileg 2019 lalu dirinya berhasil meraih lebih dari 30 ribu suara. Namun, saat ini perolehan suara sementara hanya di angka 3 ribuan,” ungkap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmul itu.
Lutfi melanjutkan, efek persona dan ekor jas itu juga berlaku bagi Partai Gerindra dan PKB di Kaltim. Di mana tokoh sentral mereka, yakni Prabowo dan Muhaimin Iskandar sama-sama bertarung di Pilpres 2024. Sayangnya, efek itu tidak berhasil dimanfaatkan maksimal oleh partai pengusung lainnya. Seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai NasDem yang secara perolehan suara tertinggal jauh sebagai partai pengusung capres-cawapres.
“Pengaruh ekor jas ini pun secara besar berlaku untuk PDI Perjuangan yang kemudian secara perolehan suara akhirnya tertinggal dibandingkan Golkar dan Gerindra. Di sini tampak, pemilih PDIP terpecah karena efek konflik partai dengan Jokowi,” ucapnya.
Baca Juga: Isi DPRD Balikpapan 2024-2029, 19 Wajah Baru, Hanya 9 Parpol
Terpecahnya suara itu juga berlaku untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dengan munculnya Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), yang sebagian besar elitenya merupakan mantan kader PKS, termasuk tokoh sentral seperti mantan Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi membuat PKS banyak kehilangan suara.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Kaltim Post