Peta politik Balikpapan kembali diguncang dengan hadirnya kabar tentang surat "kembar" dari DPP Partai Gerindra. Surat ini menyetujui dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota untuk Pemilukada Balikpapan 2024: Rahmad Mas’ud-Abdulloh dan Rahmad Mas’ud-Bagus Susetyo. Keduanya diresmikan pada tanggal yang sama, 22 Agustus 2024, dengan nomor surat yang identik, 08-1394/Kpts/DPP-GERINDRA/2024. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Prabowo Subianto dan Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani.
Kabar ini mengundang perhatian banyak pihak, khususnya para pengamat politik dan elite partai. Seorang politikus dari Partai Golkar menilai, terbitnya surat "kembar" ini menempatkan Rahmad Mas’ud dalam posisi sulit. Sebagai petahana, Rahmad harus memilih antara komitmennya kepada Abdulloh atau pilihan yang lebih politis dengan Bagus Susetyo.
Menurut sumber ini, sejatinya Rahmad Mas’ud menghendaki berpasangan dengan Abdulloh. Sebagai kader Golkar, Abdulloh dinilai telah memberikan kontribusi besar dalam raihan suara Partai Golkar pada pemilu legislatif 2024.
Baca Juga: 45 Anggota DPRD Balikpapan Periode 2024-2029 Dilantik, Alwi Jadi Ketua Sementara
Dia mengatakan faktor popularitas dan pencapaian suara terbanyak Abdulloh itulah yang menjadi nilai plus bagi Rahmad Mas’ud dan diharapkan bisa memenangi kontestasi pilkada.
"Sebagai kader yang loyal, Abdulloh telah membuktikan kontribusinya pada Partai Golkar, terutama dalam pemilu legislatif lalu," ujar sumber tersebut. Selain itu, kata sumber ini, digandengnya Abdulloh sebagai calon wali kota merupakan misi tongkat estafet partai Golkar setelah pemerintahan periode kedua Rahmad Mas’ud berakhir.
Namun, dalam keputusan yang mengejutkan banyak pihak, Rahmad Mas’ud akhirnya memilih Bagus Susetyo sebagai calon wakilnya. Pilihan ini, menurut sumber tersebut, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat diabaikan, meski harus mengorbankan preferensi pribadi Rahmad.
“Ada faktor-faktor x mengapa pilihan yang dijatuhkan Pak RM harus mengorbankan preferensi pribadinya,” kata dia. Beberapa kolega Abdulloh yang memberikan dukungan moral menangkap gurat kekecewaan pada wajah mantan ketua DPRD Balikpapan itu ketika ditemui. Namun begitu, ungkap mereka, secara tegas Abdulloh menyatakan menerima dengan lapang dada apa yang telah menjadi keputusan.
“Walau terlihat kecewa, kesabaran dan kebesaran hati tetap diperlihatkan oleh beliau,” ungkap salah satu tokoh masyarakat di Balikpapan.
Pada wawancara terpisah, pengamat politik Purwadi berpandangan, tidak masuknya nama Abdulloh dalam kontestasi Pilkada Balikpapan dapat memunculkan spekulasi-spekulasi baru. Bisa jadi, kata dia, potensi besar yang dimiliki oleh Abdulloh untuk memenangi pilkada Balikpapan akan disambut oleh partai-partai yang belum memberikan dukungan politik.
“Sebelum masa pendaftaran ke KPU, segala sesuatunya masih mungkin terjadi. Termasuk bertambahnya jumlah pasangan calon untuk pilkada Balikpapan,” ujar akademisi di Universitas Mulawarman tersebut.
Menurut Purwadi portofolio politik Abdulloh berupa kapital suara yang besar sangat memungkinkan partai-partai yang belum memberikan dukungan politik untuk meminang kepada kader Golkar tersebut.
“Setelah itu, bergantung sikap Pak Abdulloh. Apakah akan menerima pinangan tersebut atau tidak. Saya menilai jumlah paslon untuk pilkada Balikpapan masih dinamis sebelum pendaftaran di KPU ditutup. Semakin banyak pilihan, ini sebagai indikator membaiknya demokrasi lokal di Balikpapan. Baik pula bagi masyarakatnya,” ujarnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.