Pengamat politik yang juga mantan Ketua Bawaslu Kaltim, Saipul Bahtiar mengatakan setiap daerah akan memiliki tensi pilkada yang beragam. Untuk yang hanya diikuti dua paslon, maka kecenderungannya akan lebih tinggi. Di mana potensi terjadinya pelanggaran etika dan norma.
“Sehingga ada istilah lebih baik menang curang daripada kalah terhormat. Itu prinsip yang harus dikoreksi. Tapi ini fakta. Karena pasti setiap paslon targetnya menang. Tidak ada cerita paslon maju untuk kalah,” ucap Saipul.
Baca Juga: Samarinda Sangat Dikuasai Andi Harun, Daerah Lainnya Semua Calon Potensi Menang
Karena itu, dirinya melihat apa yang saat ini penting diperhatikan adalah posisi penyelenggara pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Wajib netral secara anggota dan lembaga. Dan harus terlihat netral baik etika dan norma di mata masyarakat. “Jadi memang fokusnya saat ini di penyelenggara pemilu,” imbuh mantan ketua Bawaslu Kaltim itu.
Terkait situasi melihat komposisi bapaslon dan koalisi parpol, Saipul melihat untuk Pilkada Kaltim 2024 punya kemiripan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Di mana muncul paket-paket parpol yang mirip dengan pemilu sebelumnya. Yang kemudian linier antara paslon yang muncul di level provinsi dan kabupaten/kota. Meski tidak semua terjadi demikian, namun gambaran umumnya tampak jelas. Dengan kondisi ini maka, strategi yang akan dilakukan peserta pilkada tidak akan jauh berbeda dibandingkan pilpres maupun pileg lalu.
“Ini tentu ada pengaruhnya dari KIM Plus. Namun pengaruh tersebut akan semakin cair ke level kabupaten/kota,” sebutnya. (*)
