PARIS - Ganda putri Apriyani Rahayu/Siyi Fadia Silva Ramadhanti bukan hanya gagal dalam Olimpiade Paris 2024. Duo berakronim PriFad itu juga seolah bertanding tanpa semangat. Itu terlihat saat mereka kalah dari duo Malaysia Pearly Tan/Thinaah Muralitahan dengan dua game langsung (18-21, 9-21) di Adidas Arena, Paris, Selasa (30/7).
Bahkan, pelatih ganda putri, Eng Hian sempat terekam marah-marah melihat performa anak didiknya tersebut. "Mau menang? Mau main nyaman? Nggak jelas, nggak ada fokusnya dan tujuannya sama sekali," sembur pelatih yang akrab disapa Koh Didi itu yang terdengar di interval game kedua.
Ya, di interval game kedua itu sebetulnya laga sudah berjalan ketat, seperti di set pertama. Mulai dari skor sama kuat 4-4 hingga 8-8. Namun, setelah poin 8 itulah permainan memburuk hingga 8-11. "Mau main gimana? Mau polanya gimana? Kalau mau buru-buru selesai langsung salaman aja," ketus Didi.
Setelah interval tersebut, permainan semakin memburuk. Hasilnya, PriFad hanya mendapatkan satu poin setelah interval. Dan lawan terus melaju dengan mulus hingga bisa mengunci lolos fase grup A dengan status runner-up.
Ini menjadikan PriFad mengakhiri Olimpiade dengan tanpa sekalipun meraih kemenangan set. Sebab, sebelumnya juga takluk 0-2 dari Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (22-24, 15-21) dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (12-21, 22-24).
Sebagaimana diketahui, dalam persiapan menuju Olimpiade Paris 2024, PriFad tidak dalam performa yang bagus. Match terakhir sebelum Olimpiade juga takluk di babak 16 besar Indonesia Open dari Pearly/Thinaah dengan dua game langsung (18-21, 19-21).
Selain itu, Apriyani dan Fadia saat latihan juga pernah berantem di lapangan Pelatnas PBSI Cipayung pada 17 Mei. Waktu itu, alasannya adalah karena tensi tinggi saat latihan hingga lepas kontrol. "Lepasnya pada saat saya melihat Fadia tidak sesuai dengan ekspektasi saya, tidak sesuai dengan kemauan saya pada saat latihan," kata Apriyani saat itu.
Permainan buruk PriFad juga diakui oleh Basri Yusuf selaku tim Ad Hoc yang bertanggung jawab di sport science. "Melihat set kedua kelihatan nggak ada fighting spiritnya. Dominan ke non teknis ya," ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos.
Basri juga tidak tahu persis apakah non teknis yang dimaksud perihal sempat berkelahinya kedua pemain. "Harusnya sudah tidak ada. Karena di arena Olimpiade harus dibuang jauh-jauh masalah itu. Dan yang tahu pasti pelatihnya," sebutnya.
Dalam keterangan resminya, Apriyani berharap bisa mendapat kesempatan lagi bertanding di Olimpiade 2028. Mengenai penampilannya, dia mengaku cukup tertekan dengan permainan lawan. "Terus mereka juga cukup mengontrol, jadi mereka juga mau menang, melihat peluang mereka sangat besar juga. Kami tadi sebenarnya juga cuma mengeluarkan yang terbaik juga,’’ ungkapnya.
Apriyani menegaskan, sebetulnya saat di Pelatnas sudah mempersiapkan yang terbaik. "Saya, pelatih, dan semua tim ganda putri, dan di Chambly juga sama kami terus menjaga apa yang kami harus persiapkan," sebutnya.
Eks duet Greysia Polii itu menyebutkan di Olimpiade kali ini berbeda ketimbang di edisi Tokyo 2020. "Jadi untuk saya hawanya sangat berbeda. Jujur pas pertama masuk juga beda banget, itu kan sebelumnya tidak ada penonton, terus ada beberapa hal yang, yang satu covid. Kami kan sebelumnya ada pertandingan-pertandingan juga. Beda sih beda banget ya," bebernya.
Fadia sendiri mengakui kesedihan dan kekecewaannya karena kalah di tiga pertandingan. "Tapi saya bersyukur ini Olimpiade. Saya akan terus berproses untuk ke depannya," katanya. Namun, Fadia mengaku banyak pembelajaran yang berharga di Olimpiade perdananya kali ini. Terlebih, perjalanan menuju multi event paling bergengsi sejagad itu disebutnya tidak mudah. (raf/bas/jpg/er)