Ramadan selalu membawa perubahan dalam ritme kehidupan masyarakat, termasuk dalam regulasi tempat hiburan dan olahraga. Salah satu yang menjadi sorotan adalah rumah biliar.
Meski sering dikaitkan dengan hiburan malam, biliar sejatinya merupakan cabang olahraga yang memiliki banyak atlet berbakat. Oleh karena itu, rumah biliar di Samarinda tetap diizinkan beroperasi selama bulan suci ini, namun dengan syarat ketat.
Keputusan ini muncul setelah rapat dengar pendapat yang digelar oleh Komisi IV DPRD Samarinda bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Disporapar) serta Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Samarinda pada Jumat (28/2).
Dalam pertemuan tersebut, POBSI Samarinda menekankan pentingnya menjaga kontinuitas latihan bagi atlet-atlet yang tengah dipersiapkan untuk berbagai kejuaraan.
Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Novan Syahronnie Passie menyatakan, sebanyak 23 rumah biliar yang berada di bawah naungan POBSI tetap diizinkan beroperasi selama Ramadan karena memiliki fungsi utama sebagai tempat pembinaan atlet, bukan sekadar hiburan semata.
"Sebanyak 23 rumah biliar ini berada di bawah POBSI Samarinda dan tetap diperbolehkan beroperasi dalam rangka pembinaan atlet. Ini adalah bagian dari upaya meningkatkan prestasi olahraga di Samarinda," ujar Novan.
Keberadaan rumah biliar di tengah masyarakat kerap menimbulkan pro dan kontra. Bagi sebagian orang, biliar masih dianggap sebagai bagian dari dunia hiburan malam, yang seharusnya ditutup selama Ramadan sesuai dengan peraturan daerah.
Namun, bagi kalangan olahraga, biliar adalah cabang olahraga yang membutuhkan latihan serius dan berkelanjutan. Novan menegaskan, rumah biliar yang memiliki program pembinaan atlet tidak melanggar aturan, karena tujuannya jelas: mendukung perkembangan olahraga biliar di Samarinda.
Ia juga mendorong agar tempat-tempat biliar lainnya yang belum memiliki program pembinaan segera memperjelas statusnya.
"Rumah biliar ini merupakan tempat pembinaan atlet, bukan tempat hiburan. Ke depannya, rumah biliar yang belum memiliki kegiatan pembinaan atlet harus segera memperjelas statusnya agar tidak terjadi kesalahpahaman setiap Ramadan," tegasnya.
Keputusan ini membuka ruang diskusi lebih luas tentang bagaimana biliar dapat diterima sebagai olahraga yang serius dan profesional di tengah masyarakat. POBSI Samarinda berharap dengan adanya regulasi yang lebih jelas, biliar dapat berkembang tanpa harus terjebak dalam stigma negatif.
Di sisi lain, DPRD dan Disporapar akan terus mengawasi implementasi aturan ini agar tidak ada penyalahgunaan izin. Mereka juga berencana untuk melakukan inspeksi ke rumah-rumah biliar.
Dengan keputusan ini, diharapkan prestasi atlet biliar Samarinda dapat terus meningkat, tanpa harus berbenturan dengan nilai-nilai yang dijunjung selama bulan Ramadan. Sebab, olahraga seharusnya menjadi bagian dari disiplin, bukan sekadar kesenangan.
"Kami akan memastikan bahwa tempat yang diizinkan beroperasi benar-benar menjalankan fungsi pembinaan atlet, bukan sekadar kedok untuk kegiatan hiburan," tukas Novan. (kis/nha)