Sebuah perusahaan multinasional yang berbasis di Hong Kong mengalami kerugian besar 25 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp 403 miliar karena penipuan deepfake yang canggih.
DILANSIR dari India Today, Selasa (6/2), penipu menggunakan teknologi deepfake yang canggih untuk menipu karyawan yang tidak menaruh curiga di cabang Hong Kong. Kejadian tersebut bermula pada Januari seorang karyawan di departemen keuangan perusahaan menerima pesan panggilan video.
Panggilan video tersebut mengaku dari kepala keuangan perusahaan yang berbasis di Inggris. Karyawan tersebut melakukan panggilan video dengan CFO abal-abal dan karyawan perusahaan lainnya.
Nahas, karyawan tersebut terkecoh oleh deepfake AI yang canggih dan tidak menaruh curiga sedikit pun mengenai panggilan video tersebut.
Dalam panggilan video tersebut, karyawan yang menerima panggilan menerima instruksi untuk mentransfer uang senilai 25 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp 403 miliar. Transaksi tersebut dilakukan pada berbagai rekening bank di Hong Kong dan dalam jumlah 15 transaksi.
Aktivitas penipuan tetap tidak terdeteksi hingga seminggu setelah penipuan terjadi ketika karyawan yang tertipu, merasakan sesuatu yang mencurigakan, menghubungi kantor pusat perusahaan.
Menurut laporan, pihak kepolisian Hong Kong tidak menyebutkan nama perusahaan dan nama karyawan yang menjadi korban penipuan deepfake AI.
Polisi hanya mengungkapkan bahwa para penipu membuat deepfake (pemalsuan) terhadap peserta rapat menggunakan rekaman video dan audio yang tersedia secara online.
Hebatnya, karyawan yang menjadi korban tidak menyadari sifat palsu dari deepfake tersebut selama konferensi video.
Investigasi sedang dilakukan, namun hingga saat ini, belum ada penangkapan yang dilakukan. Kondisi ini menyoroti tantangan yang dihadapi pihak berwenang dalam memerangi kejahatan dunia maya yang berteknologi maju.
Insiden ini menggarisbawahi semakin besarnya ancaman teknologi deepfake dalam melakukan penipuan keuangan dan penipuan perusahaan.(jpg/far/k15)