GAZA CITY – Gencatan senjata yang awalnya dijanjikan terjadi pada awal Ramadan tak kunjung terjadi. Pada saat yang sama, Israel mengingkari komitmennya terkait akses masuk Masjid Al Aqsa bagi jemaah Tarawih warga Palestina.
Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat, setidaknya ada 31.184 orang tewas selama lebih dari lima bulan terakhir. Jumlah korban itu mencakup 72 orang tewas dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 72.889 orang dilaporkan terluka sejak 7 Oktober 2023.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kembali menyerukan gencatan senjata, terutama untuk menghormati bulan suci Ramadan. Guterres juga mendorong dibukanya akses masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza serta dibebaskannya semua sandera.
’’Saya mengajak semua pemimpin politik, agama, dan komunitas di mana pun berada untuk berbuat semaksimal mungkin dalam menjadikan bulan suci ini sebagai bentuk empati, aksi, dan perdamaian,’’ ujar Guterres seperti dilansir Voice of America (VOA).
Data PBB menunjukkan lebih dari 12 ribu anak tewas dalam perang. Dalam beberapa minggu terakhir, 20 anak meninggal akibat kelaparan. Data lain menyebutkan 17 ribu anak Palestina kehilangan atau terpisah dari orang tuanya.
Hekmat Almasri, seorang ibu di Gaza, menyampaikan kepiluan terus dihadapinya. ’’Anak saya selalu terjaga pada malam hari, menangis. Dia bilang, ’Saya rindu ayah’. Saya berharap kita bisa pulang. Saya ingin menjalani kehidupan normal seperti dulu,’’ jelas dia. Sebagian besar di antara lebih dari 2 juta penduduk Gaza kini memadati tempat-tempat penampungan darurat di Rafah, dekat perbatasan Mesir.
Saeed Abdulrahman Mahmoud Marouf, dokter anak di Rumah Sakit Abu Youssef Al Najjar, mengatakan bahwa setiap anak yang diperiksa tampak jelas menderita trauma psikologis dan fisik akibat kelaparan.
Kepiluan yang dialami juga terjadi di Jerusalem Timur. Memasuki awal bulan suci Ramadan, Israel masih membatasi umat Islam untuk melakukan ibadah Tarawih ke Masjid Al Aqsa. Dilansir dari Al Jazeera, polisi Israel melarang ratusan warga Palestina untuk masuk ke kompleks Al Aqsa. Aksi itu terekam dan viral di berbagai linimasa media sosial.
Polisi Israel hanya mengizinkan jemaah pria maupun wanita yang berusia 45 tahun ke atas untuk masuk ke Masjid Al Aqsa. Pasukan Zionis juga mengusir jemaah yang sudah berada di dalam Masjid Al Aqsa agar keluar. Diskriminasi itu selalu terjadi setiap memasuki Ramadan.
Larangan itu pun menuai kecaman dari Menteri Luar Negeri Jordania Ayman Safadi. Safadi memperingatkan Israel bahwa pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap akses jemaah ke Al Aqsa membuat situasi semakin panas. ’’Kami memperingatkan bahwa penodaan kesucian Masjid Al Aqsa sama dengan bermain api,’’ tegasnya. (dee/c19/bay)