Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan bahwa lebih 1,1 juta orang di Jalur Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang ekstrem. Hal itu karena tindakan Israel mencegah pasokan bantuan memasuki wilayah tersebut.
JAKARTA–OCHA menekankan perlunya segera mendistribusikan bantuan makanan yang cukup melalui jalur darat guna menyelamatkan nyawa, terutama di wilayah utara Jalur Gaza.
’’Tidak ada alternatif untuk mengirimkan bantuan dalam jumlah besar. Hambatan akses masih terjadi, dan waktu semakin terbatas,’’ tulis mereka dikutip dari situs web resminya, Unocha.org.
Sebelumnya, Al Jazeera juga melaporkan bahwa ada seorang anak di Kota Beit Lahia, Gaza Utara, meninggal akibat kelaparan dan minimnya perawatan yang tersedia. Menurut sumber tersebut, jumlah kasus kematian akibat kekurangan gizi di kantong wilayah Palestina tersebut bertambah menjadi 30 orang.
Pengadilan Internasional (ICJ) telah memerintahkan Israel mengambil tindakan untuk mengatasi kelaparan di Gaza. Para hakim ICJ pada Kamis (28/3), dengan suara bulat juga memerintahkan Israel untuk memastikan pasokan makanan pokok tiba tanpa penundaan.
Dalam putusannya, ICJ mengeluarkan dua perintah sementara baru dalam kasus yang diajukan Afrika Selatan. Keduanya masih dalam kasus yang menuduh Israel melakukan tindakan genosida dalam kampanye militer setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Israel dituntut mengambil semua tindakan untuk memastikan penyediaan tanpa hambatan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina di Gaza. ’’Warga Gaza tidak lagi menghadapi risiko kelaparan, pasalnya sekarang kelaparan mulai terjadi,’’ tulis ICJ dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina memperingatkan bahaya penolakan Israel terhadap penerapan resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB. Yakni terkait disegerakannya gencatan senjata selama Ramadan.
Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menerapkan resolusi tersebut dan tercapai gencatan senjata. ’’Termasuk memastikan perlindungan warga sipil dan masuknya bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan ke seluruh Jalur Gaza melalui darat, udara, dan laut,’’ bunyi pernyataan Kementerian tersebut.
Saat ini, jalur bantuan kemanusiaan belum berjalan efektif. Upaya untuk menerjunkan bantuan kemanusiaan lewat udara ternyata menimbulkan korban. Pada Rabu (27/3), belasan warga Gaza meninggal akibat tenggelam, saat berupaya mengambil bantuan kemanusiaan yang jatuh di laut.
Di lain pihak, Pemerintah Swedia mengatakan, ada kebutuhan untuk memberikan tekanan yang lebih besar terhadap Israel menyusul peringatan krisis kelaparan di Gaza. Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia Johan Forssell menyatakan, Pemerintah Swedia mengalokasikan USD 12 juta atau sekitar Rp 190 miliar untuk upaya memerangi kelaparan di Gaza, Sudan, dan Ukraina.
Forssell menambahkan, dukungan dana tersebut akan disalurkan melalui Program Pangan Dunia (WFP). ’’Selain menyediakan dana, kami mendorong akses kemanusiaan yang lebih besar, yang diperlukan bagi WFP dan pihak lain untuk menjangkau mereka yang membutuhkan,’’ ujar Forssell dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu, Jumat (29/3). (agf/bay/far/k8)