MJO sendiri merupakan gelombang atmosfer, dampaknya untuk cuaca ialah membentuk awan-awan hujan. Sehingga, wilayah yang dilewatinya curah hujannya bakal meningkat.
Bayu memperkirakan, fenomena MJO kemungkinan terjadi hingga satu pekan ke depan. "Untuk update curah hujan mingguan masih kami olah. Nanti, kalau sudah selesai akan kami sampaikan," bebernya.
Secara terpisah, Forester Iklim Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru, Khairullah membenarkan jika awal Juni ini curah hujan masih tinggi. Lantaran, dipengaruhi adanya MJO. "Akhir April sampai Juni sebenarnya awal musim kemarau di sejumlah wilayah di Kalsel. Tapi, lantaran ada anomali cuaca membuat curah hujan malah meningkat," jelasnya.
Wilayah yang seharusnya lebih dulu memasuki musim kemarau ialah Kalsel bagian Barat. Seperti, Banjarbaru, Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Sedangkan, untuk Kalsel bagian Timur; Kotabaru, Tanah Bumbu dan Tanah Laut menurut perkiraan baru memasuki musim kering pada Agustus.
"Di Kotabaru, Tanah Bumbu dan Tanah Laut juga ada beberapa daerah yang sifatnya non zona musim. Di mana antara musim hujan dan kemarau sulit membedakannya, karena ketika di daerah lain panas di sana justru hujan," ujarnya.
Dia menuturkan, suatu daerah bersifat non zona musim atau tak punya musim lantaran berada berdekatan dengan laut. "Laut dapat mempengaruhi interaksi iklim, sehingga musimnya sulit ditebak," pungkasnya. (kty/ris/ay/ema)