kalimantan-selatan

CSR PLN, Bangun Sarana Air Bersih di Desa Pandansari

Senin, 19 Agustus 2019 | 07:50 WIB

“Setiap ada warga yang daftar menjadi pelanggan dan minta disambung airnya, saya minta mereka membayar down payment (DP) sebesar Rp 50ribu. Saya beri tulisan di kertas rincian harganya untuk beli meteran, stop kran dan pipa, totalnya dikenakan sebesar Rp 450ribu per rumah. Harga itu sudah termasuk pembelian alat dan pemasangan. Kita sediakan empat pipa distribusi per rumah. Jika di rumah itu perlu lebih dari empat pipa, maka pemilik rumah harus membeli sendiri. Tapi tetap kami yang akan pasangkan pipa itu,” ujar Saifullah.

Saifullah dan timnya awalnya kewalahan karena banyaknya permintaan penyambungan fasilitas air bersih warga. Terlebih lagi, PABC memutuskan untuk memberikan promo gratis biaya pemakaian air bagi para pelanggan selama dua bulan. Hasilnya, dalam satu tahun sudah 44 rumah di Dusun Cekdam merasakan fasilitas air bersih dari bantuan sumur bor PLN.

“Setelah gratis selama dua bulan, memang kami agak kesulitan menagih para pelanggan di bulan ketiga. Maklum, biasanya tidak bayar, sekarang harus mengeluarkan uang untuk air. Tapi mereka kaget sekali karena bayarnya tidak sebanyak saat mereka beli air di pedagang. Ini karena biayanya per kubik hanya Rp 5.000 dan ada biaya beban Rp 5.000. Biaya beban itu seperti semacam iuran untuk PABC agar bisa memiliki kas dan memutar kembali modalnya untuk operasional pompa,” kata Saifullah.

Secara bergantian Saifullah dan rekan-rekannya berkeliling untuk mencatat sekaligus menagih pembayaran pemakaian air oleh pelanggan. Mereka juga bergantian memeriksa ke rumah pelanggan apabila distribusi air tesendat akibat adanya gangguan teknis pada jaringan pipa. Upaya keras Saifullah dan rekan-rekannya di PABC mulai membuahkan hasil. Dalam sebulan pemasukan uang beban PABC rata-rata mencapai Rp 1,7juta. Jumlah itu bisa bertambah menjadi Rp 2juta per bulan apabila musim kemarau tiba.

“Alhamdulillah satu grup kami serba bisa. Ada sekretaris yang jago di bidang pencatatan meteran air pelanggan. Bendahara kami juga baik dalam mengelola keuangannya. Ada juga anggota kami yang cukup paham masalah teknis. Jadi kami berlima saling bergantian dan mem-back up satu sama lain. Ini karena begitu kuatnya keinginan kami agar air bersih ini dapat terwujud. Kami ikhlas walaupun tidak dibayar, yang penting air ini mengalir dulu. Kalau berpikir tidak ada uangnya lalu kami tidak mau jalan, ini bisa berhenti,” ujar dia.

Memberanikan Diri Perbaiki Kerusakan Pompa
Beberapa waktu lalu, Saifullah dan timnya dibuat pusing karena mesin motor pompa air di sumur bor terbakar. Aliran air bersih pun terhenti selama satu minggu. PABC kemudian diserbu komplain pelanggan.

Sebelum bantuan sumur bor ini diserahkan kepada warga Desa Pandansari, PLN bekerjasama dengan Pamsimas memberikan pelatihan untuk melakukan pemeliharaan pompa. Warga juga diajarkan cara memasang pipa dan meteran, juga cara menghitung kubikasi pemakaian air oleh pelanggan.

Meskipun merasa sangat terbantu dengan adanya pelatihan tersebut, namun Saifullah dan rekan-rekannya merasa belum cukup ilmu untuk melakukan pemeliharaan. Ada ketakutan pada diri mereka jika mesin pompa dapat mengalami kerusakan apabila mereka salah dalam melakukan pemeliharaan. Naasnya, ternyata justru motor pompa terbakar sebelum mereka sempat melakukan pemeliharaan.

“Kami belum pernah maintenance pompa. Tapi kemarin karena mesin motor pompanya terbakar, mau tidak mau kami memberanikan diri memperbaiki. Awalnya kami takut rusak, apalagi harganya ratusan juta. Tapi kami pikirkan bagaimana caranya supaya aman. Jadi kami naikkan motornya lalu kami ganti. Alhamdulillah satu grup kami serba bisa. Daripada ke orang lain, lebih baik kami pelajari dulu. Kalau ke orang lain nanti jadi ketergantungan,” kata Saifullah.

Tidak ingin mengecewakan pelanggan mereka, atas persetujuan Bumdes, PABC harus merelakan uang kas dari iuran penggunaan air yang selama ini mereka kumpulkan untuk membeli motor pompa baru seharga Rp 3,5juta.

Berharap Seluruh Dusun Segera Nikmati Air Bersih
Pasca menghadapi tantangan untuk melakukan pemeliharaan untuk pompa, kini Saifullah dan Tim PABC dirundung kegelisahan lainnya. Keinginannya agar seluruh warga Dusun Cekdam dapat menikmati air bersih langsung dari rumah mereka belum dapat terwujud untuk saat ini. Pasalnya, belum seluruh area dusun dijangkau oleh pipa utama. Warga dapat menjadi pelanggan, asalkan pipa utama dari sumur bor sudah sampai ke rumah mereka.

Saifullah berpendapat bahwa hal tersebut wajar karena saluran pipa utama dari sumur bor bantuan PLN belum menjangkau ke seluruh rumah di dusunnya karena keterbatasan anggaran CSR PLN. Namun dia dan tim PABC bersama Bumdes berupaya memperluas jaringan pipa utama dengan mengajukannya dari anggaran dana desa.

“Sebenarnya hampir seluruh warga di blok E menginginkan meteran dapat segera dipasang di rumahnya. Mereka sering sekali menanyakan tapi selalu saya minta untuk sabar,” ujar Saifullah.

Terdapat kurang lebih sekitar 30 KK di blok E Dusun Cekdam yang ingin rumahnya dialiri air bersih. Namun jarak lokasi tersebut dari pipa utama adalah satu kilometer. Dengan jarak tersebut, PABC memerlukan dana sebesar Rp 13juta untuk dapat memasang pipa utama hingga ke ruman warga di Blok E.

“Dengan bantuan dari PLN, kami tidak perlu menghabiskan banyak biaya untuk membeli air. Kami dapat menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan lainnya yang lebih penting seperti untuk menyekolahkan anak atau kebutuhan lainnya. Kami sangat berterima kasih kepada PLN karena bantuannya benar-benar bermanfaat dan meringankan beban kami,” pungkas Saifullah. (ist/ema)

Halaman:

Tags

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB