Kekecewaan disampaikan para alumni Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Tak hanya soal turunnya akreditasi dari A ke C. Yang paling membuat mereka miris adalah, perihal skandal guru besar yang berdampak terhadap akreditasi tersebut.
“Ini sangat mengecewakan dan memprihatinkan. Kampus yang saya banggakan harus tercoreng karena oknum yang mesti ditindak. Tak hanya administrasi, juga ke ranah hukum jika ada pelanggaran berat,” tekan Taufik, alumni Fakultas Ekonomi 2002.
Menurutnya, perilaku oknum yang membuat almameter kuning ini tercoreng, sudah sangat keterlaluan. “Dampaknya tak hanya kampus, tapi mahasiswa, orang tua. Termasuk saya sebagai alumni, tak enak mendengarnya,” selorohnya.
Upaya mitigasi cepat dari ULM untuk memulihkan akreditasi ULM saja tak cukup. Perlu bukti dengan menindak oknum yang membawa dampak tak baik ini. “Sekarang dengan akreditasi C, apa yang bisa dibanggakan. Malah jadi olok-olokan, siapa yang tak malu,” ucapnya.
Dia sempat bangga Ketika ULM berubah dengan cepat dalam kurun waktu tak lama. Bahkan mendapat akreditas A. “Tapi dengan kasus ini, orang pun bisa beranggapan sebaliknya dan bertanya-tanya,” tukasnya.
Berkurangnya sikap kritis dari mahasiswa, disayangkannya. Dia menyebut, kasus ini sebagai peringatan keras bahwa ULM tak baik-baik saja. Sehingga peran mahasiswa harus turut mendorong memulihkan.
"Jangan ogah-ogahan dan hanya menerima. Ini menyangkut nama besar. Dan yang paling utama, imbas akreditasi C terhadapa lulusan,” tandasnya.
Kekecewaan juga disampaikan Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fisip ULM, Abdul Haris Makkie. Dia sungguh terkejut begitu terbongkarnya kasus ini. “Ini memprihatinkan. Jika ini berpengaruh juga terhadap akreditasi program studi, ini bencana,” katanya.
Akreditasi sebutnya bukan hanya sebagai simbol kesuksesan dan apresiasi intelektual sebuah perguruan tinggi. Namun sebuah prestise bahan promosi bagi perguruan tinggi untuk diminati orang. “Ini menyangkut kepercayaan. Sebab akreditasi ini adalah prestise,” tekan mantan Sekdaprov Kalsel itu.
Pihaknya membuka diri untuk dilibatkan dalam persoalan ini. Tak lain demi mengembalikan muruah ULM sebagai kampus terbesar di Kalimantan.
“Ketika ada tsunami seperti ini tak bisa dibiarkan. Alumni harus diajak, mari kita pikirkan demi ULM. Jangan saling menyalahkan dan saling hujat. Sekarang sudah lewat, tinggal bagaimana kita membetulkan kembali, jika ada yang salah, ada jalur hukum yang bisa ditempuh,” cetusnya.
Perihal skandal guru besar yang membuat malu ULM. Haris menganalisa, lantaran ada cara yang salah untuk percepatan di tubuh ULM, salah satunya dengan memproduksi para guru besar tersebut. “Niatnya bagus untuk mendapat akreditasi A yang lalu. Tapi caranya yang salah tak memperdulikan lagi apakah KW 1, KW 2, KW 3 bahkan KW 6. Sekali lagi, ini analisa saya,” tandasnya.(*)