kalimantan-selatan

21 Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Banjarbaru, Kategori Ini yang Paling Banyak

Selasa, 13 Mei 2025 | 10:45 WIB
ilustrasi KDRT

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Banjarbaru terus bertambah. Tahun ini saja, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APMP2KB) Banjarbaru sudah menangani 21 kasus.

Meski begitu, Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Banjarbaru, Lia Rahmawati menyampaikan, jumlah tersebut menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

“Alhamdulillah, tahun ini pada triwulan pertama angka kekerasan baik terhadap perempuan maupun anak menurun,” ujar Lia kepada Radar Banjarmasin, beberapa waktu lalu.

 

Dari total kasus tersebut, terdapat 8 korban perempuan dan 16 korban anak. Adapun bentuk kekerasan terhadap perempuan terdiri dari kekerasan psikis sebanyak 2 kasus, kekerasan fisik 1 kasus, KDRT 3 kasus, dan 2 kasus lainnya dikategorikan sebagai kasus lain.

Sementara itu, untuk anak-anak, terdapat 13 kasus kekerasan. Mayoritas merupakan kekerasan seksual sebanyak 7 kasus, disusul kekerasan fisik 3 kasus, penelantaran 2 kasus, dan satu kasus lainnya.

Menurut Lia, sebagian besar kasus yang ditangani UPTD PPA berakar dari pola asuh yang tidak optimal dalam keluarga.

“Mayoritas berasal dari keluarga yang tidak harmonis, bahkan ada yang masih utuh secara struktur tapi tidak menjalankan fungsi pengasuhan dengan baik. Faktor ekonomi juga menjadi pemicu hingga terjadi KDRT,” jelasnya. Untuk pencegahan, kata Lia, menjadi ranah bidang lain di DP3APMP2KB. Namun ia memastikan bahwa upaya sosialisasi rutin dilakukan ke sekolah-sekolah SMP dan SMA/SMK, serta ke seluruh kelurahan dengan menggandeng organisasi masyarakat.

Selain itu, pihaknya juga memberikan perhatian terhadap isu kesehatan mental remaja yang sempat mencuat beberapa waktu terakhir. “Kami turut dilibatkan dalam penanganan kasus-kasus bunuh diri pada remaja. Sekarang sudah ada layanan BICARA, yaitu ruang curhat dan konseling yang bisa diakses pelajar lewat chat. Yang merespons adalah para konselor,” ungkapnya.

Lia menyebut, setiap hari ada saja siswa yang menghubungi layanan tersebut. Mereka terbuka dengan berbagai masalah. "Ini bukti bahwa remaja butuh ruang aman untuk bercerita dan didengarkan. Tentunya dengan menjaga privasi dan rahasia mereka," tutupnya. (*)

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB