BANJARMASIN — Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pneumonia pada balita di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus meningkat tajam sejak Agustus 2025. Peningkatan ini dipicu oleh perubahan cuaca ekstrem yang memengaruhi daya tahan tubuh anak-anak.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel mencatat, sepanjang September 2025 saja, tercatat sebanyak 1.856 kasus pneumonia balita di seluruh wilayah Kalsel.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kalsel, Anhar Ihwan, menyebut fluktuasi cuaca—kadang panas, kadang hujan—menjadi pemicu utama lonjakan tersebut.
“Kadang panas, kadang hujan. Kondisi ini sangat memengaruhi daya tahan tubuh, terutama anak-anak,” ujarnya, Selasa (14/10).
Tiga Daerah Kasus Tertinggi
Tiga daerah mencatat jumlah kasus pneumonia balita tertinggi pada September 2025, yaitu:
Kabupaten Tapin (264 kasus)
Kabupaten Banjar (235 kasus)
Kota Banjarbaru (148 kasus)
Sementara itu, Kota Banjarmasin melaporkan 174 kasus. Namun, tingkat penanganan standar di Banjarmasin tercatat paling rendah, hanya mencapai 67,82 persen.
Penanganan Antibiotik Melebihi Target Nasional
Meskipun kasus melonjak, Dinkes Kalsel mencatat keberhasilan yang signifikan dari sisi pengobatan. Sebanyak 96,15 persen anak penderita pneumonia telah mendapat antibiotik, melampaui target nasional sebesar 95 persen. Bahkan, lima daerah berhasil mencatat angka penanganan 100 persen, yakni Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, dan Balangan.
Dinkes Kalsel mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap gejala ISPA seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Anhar Ihwan menekankan pentingnya langkah pencegahan.
“Pemeriksaan dini sangat penting. Pencegahan bisa dilakukan dengan pola hidup bersih, imunisasi, dan memakai masker saat udara buruk,” tegas Anhar. (*)