Warga yang membantu hanya menutupi indra penciumannya menggunakan kaos yang mereka pakai. Ada juga yang menggunakan helm untuk menghindari paparan langsung asap yang membuat mata perih itu.
Seorang pertugas mengurungkan niatnya masuk lahan yang dipenuhi asap. ”Saya pernah saat kondisi seperti ini (asap pekat, Red) masuk di tengah-tengah hutan. Mau pingsan di dalam. Karena itu tak mau saya ulang lagi, daripada terpanggang di dalam,” tuturnya yang masih sibuk memadamkan api.
Tak lama kemudian, petugas tersebut beristirahat dan menikmati makanan di warung dekat lokasi. ”Minum susu bagus setelah menghirup asap,” ujarnya kepada Radar Sampit.
”Saat lihat jam, ternyata sudah pukul tiga (sore). Dari pagi belum ada makan,” tambahnya. Dia bersama timnya sedari pagi tidak berhenti memadamkan api.
Usai menyantap makanan, petugas itu lalu bertanya sumber air kepada wanita pemilik warung yang letaknya tak jauh dari lokasi kebakaran. ”Sumurnya kering, enggak ada airnya,” ucap wanita itu.
”Ibu jangan bilang kering-kering. Ini kami mau bantu ibu juga,” kata petugas itu yang terlihat mulai kesal. Petugas itu lalu menjelaskan, jika api tidak dicegah, tidak menutup kemungkinan warung sekaligus rumah ibu tersebut terkena dampaknya.
Hingga tiga jam berlalu, tim satgas masih berusaha memadamkan api. Namun, lahan sepenuhnya belum terbebas dari kebakaran. Sekitar pukul 19.00 WIB, upaya pemadaman dihentikan. Meski begitu, setiap harinya satgas karhutla akan melakukan patroli kembali ke lokasi karhan untuk memastikan agar lahan tidak kembali terbakar.
Kepala BPBD Kotawaringin Timur M Yusuf mengatakan, sejak Juli hingga Agustus, luas lahan gambut yang terbakar di Kotim telah 200 hektare lebih. Lahan seluas 70 persen di antaranya mampu ditanggulangi Tim Satgas Karhutla.
Meskipun intensitas kebakaran lahan menurun dalam sepekan terakhir, titik api masih tetap bermunculan. Bahkan, titik api telah mendekati permukiman warga, serta membakar sejumlah lahan kosong di wilayah Kota Sampit.
Kepala BPBD Kotim M Yusuf mengatakan, meski kebakaran lahan mulai berkurang namun tetap harus waspada dan berhati-hati. Sebab, daerah yang terbakar sudah kesulitan sumber air.
”Sumber air sudah sulit untuk didapat, namun kita tetap berusaha. Untuk tim patroli yang ada di kecamatan dan desa kami tugaskan untuk melakukan pemadaman sedini mungkin, ketika ada api langsung dipadamkan,” ujarnya.
Hadirnya helikopter pengebom air dianggap efektif mengurangi titik api, khususnya di wilayah selatan Kotim, seperti Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, dan Pulau Hanaut. ”Heli tetap beroperasi sampai status siaga berakhir,” tandasnya. (***/ign)