Permainan politik uang dalam Pemilu 2024 di Kabupaten Kotawaringin Timur dinilai paling edan tahun ini. Calon anggota legislatif dengan ketokohan yang mengakar kuat di masyarakat, harus babak belur digempur praktik yang kerap disebut serangan fajar tersebut. Gahara, caleg PDIP yang berlaga di daerah pemilihan 4 Kotim, harus merelakan niatnya melenggang ke gedung wakil rakyat DPRD Kotim. Dia mengaku kalah total dari segi finansial dari caleg lain yang memainkan politik uang.
”Dikenal masyarakat saja tidak cukup untuk meyakinkan masyarakat memilih. Dari data yang dikumpulkan, (suara saya di) kisaran 1.300 suara. Ini belum keputusan KPU, karena sampai saat ini masih proses rekapitulasi penghitungan suara, belum ada sidang pleno,” katanya, Rabu (21/2/2024). Menurut Gahara, permainan politik uang nyaris dilakukan semua caleg untuk mendapatkan suara masyarakat. ”Pileg 2024 ini luar biasa money politiknya. Hampir semua caleg melakukan itu dengan samar-samar sampai terang-terangan. Sudah menjadi rahasia umum. Berani saya pastikan, standar masyarakat memilih caleg itu dilihat dari berapa besaran nominal uang yang didapatnya,” ujarnya.
Di masa sekarang, lanjutnya, sulit mencari masyarakat yang melihat sosok caleg dari figur, kualitas, kemampuan, dan visi misi programnya. Kebanyakan lebih memilih sosok caleg yang paling banyak memberi mereka uang. ”Masyarakat tidak peduli siapa yang memberi, tetapi seberapa banyak uang yang didapat dari caleg itu. Jarang sekali kita melihat masyarakat yang melihat kualitas, kapasitas, visi program, dan perjuangan aspirasi. Mereka sudah tidak melihat itu lagi,” ujarnya. Bahkan, ungkap Gahara, masyarakat mendapatkan standar pasaran di kisaran Rp200-300 ribu per orang.
”Kalau ada caleg yang kasih Rp100 ribu, pasti kena tindih dengan caleg yang lebih banyak memberikan uang. Di dapil 4, kalau tidak punya dana diatas Rp1 miliar, jangan berharap bisa menduduki kursi dewan. Walaupun politik uang itu disamarkan, tetapi sudah menjadi rahasia umum dilakukan oleh banyak caleg,” ucap Gahara yang mengaku telah menghabiskan anggaran kurang dari Rp1 miliar ini.
Pelaksanaan Pileg 2024 memberikannya pembelajaran, bahwa kecerdasan masyarakat tidak ditentukan dari mana caranya berpikir memilih caleg yang benar-benar punya kualitas dan kemampuan. Melainkan masyarakat yang memilih sosok yang dapat memberikan banyak uang. ”Pileg 2024 ini standar pasarannya Rp200-300 ribu per orang. Lima tahun ke depan bisa saja Rp500.000 ke atas untuk satu suara. Di zaman sekarang, sulit mencari masyarakat yang murni memilih caleg melihat pada figur kualitas dan kemampuan. Berapa pun nilainya, semua diterima masyarakat, tetapi pilihannya tetap pada caleg yang memberi mereka banyak uang,” ujarnya.
Gahara berpesan jika ke depannya ada caleg yang ingin maju dengan dana di bawah Rp1 miliar, jangan berharap bisa menduduki kursi DPRD. ”Kalau tidak cukup modal, jangan mimpi jadi anggota dewan. Lebih baik uangnya dinikmati hiburan, beli harta, dan lain-lain. Dari ilmu dagang saja, gaji 5 tahun enggak nutup (modal caleg maju). Makanya, tidak jarang ada caleg yang berusaha balikin modal dengan melakukan tindakan korupsi,” ujarnya.
”Ada juga caleg yang gengsi. Mungkin punya banyak uang, bingung mau menyalurkan ke mana. Pemahaman orang berbeda-beda. Tetapi, saya yakin PDIP mendapatkan dua kursi di dapil 4 ini. Apakah sudah memenuhi ekspektasi dari kualitas calegnya, itu biarkan masyarakat yang menilai,” tambahnya. Caleg DPR RI dapil Kalteng dari PKS, Dikki Akhmar mengatakan, persoalan utama di Kalteng saat ini adalah politik uang yang sangat masif. Hal itu merusak pesta demokrasi yang harusnya menjadi ajang untuk berbicara program ke depannya. Dia mengungkapkan, kondisi geopolitik di Kalteng seharusnya harus dibangun sejak awal. Masyarakat harus dibina dan dikelola, jangan hanya menjelang pemilu. ”Kalau sekarang ini. apa pun ujungnya duit untuk politik. Kita yang berikan masa depan bukan hanya janji-janji tanpa ada reelisasi tidak bisa. Saya mikirnya perlu diurus Kalteng ini oleh orang yang mau bekerja untuk memperbaiki kondisi saat ini,” tegasnya. Menurut Dikki, salah satu kelompok maysarakat yang dikunjungi, masih ada yang peduli memberikan suara padanya. Dikki berjanji tidak akan patah arang. Dia tetap akan memberikan yang terbaik untuk Kalteng meskipun tidak harus menjadi wakil rakyat.
Saat ini dia membuat wadah pelatihan anak muda di Kalteng. Dikki ingin menjadikan anak-anak muda di Kalteng bisa bersaing. Hal itu yang pada akhirnya akan memperbaiki taraf hidup masyarakat. (hgn/ang/ign)