kalimantan-tengah

Lahan Digempur Sawit, Kopi Khas Seruyan yang Khas dan Otentik Itu Nyaris Punah

Kamis, 11 Juli 2024 | 16:00 WIB
PERLU DUKUNGAN: Salah satu produk lokal kopi khas Kabupaten Seruyan. (M RIFANI/RADAR SAMPIT)

 

Tanaman kopi akhir-akhir ini menjadi barang mahal yang akan dikembalikan kejayaan di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Munculnya salah satu produk kopi khas Seruyan yang kaya akan rempah-rempah dengan nilai historisnya, membuat minuman ini sangat khas produk lokal.

M RIFANI, Kuala Pembuang |  radarsampit.com

Tanaman kopi dulunya banyak ditemui di Kabupaten Seruyan. Namun, keberadaannya mulai hilang dan sulit dicari akibat beberapa faktor. Salah satunya tak tahu proses dan cara menjualnya. Beberapa petani kopi terpaksa pindah profesi menjadi petani sawit yang dinilai lebih menjanjikan. Tahmid, warga Seruyan yang masih menjaga tradisi membuat kopi khas nan otentik mulai berani memasarkan produknya. Kopi yang dia produksi memiliki banyak kreasi dalam penyajiannya. Bukan hanya sekadar menghangatkan tubuh, namun juga terdapat banyak berkhasiatnya. Menurutnya, kopi yang memiliki cita rasa unik ini, sedikit berbeda dengan kopi umumnya yang biasa dipasarkan. Hasil perpaduan antara kopi, jahe, dan beras yang disangrai menggunakan dapur atang/dapur kayu api, sehingga tercipta kopi dengan citra rasa yang khas dan otentik.

Baca Juga: Mengenaskan, Mahasiswi Cantik Ini Tewas Terbakar Bersama Motornya

Kendati demikian, Tahmid mengaku kebingungan cara memasarkan produknya. Segala macam cara sudah dilakukan. Mulai dari menitipkan ke outlet jualan oleh-oleh, hingga melalui digital (online) sudah dijalani. ”Memang sejauh ini kami kesulitan cara menjualnya saja. Sekarang masih mengandalkan lingkup sekitar. Seperti, Kuala Pembuang hingga Sampit saja,” katanya.

Proses mengolahan kopi miliknya dilakukan secara manual. Hal itu yang mengakibatkan rasa dan aroma yang dikeluarkan memiliki khas tersendiri. Ini juga menjadi alasan lamanya waktu produksi hingga siap saji. ”Kami memulai produksi kopi ini sudah lama, tapi mulai berani menjual baru sekarang saja. Dulu memang hanya dari ibu untuk konsumsi pribadi dan orang yang mau,” jelasnya. Dia berharap bisa memasarkan produk kopi jahe borneo secara luas. Bukan hanya terpaku di Kuala Pembuang, tetapi bisa bersaing hingga keluar Kalimantan. Tentunya dengan mengandalkan keunikan yang bisa jadi daya saing.

Bagi pencinta kopi, kopi jahe khas Seruyan dapat mencoba dengan membuatnya di rumah dan merasakan kehangatan kopi dengan sensasi rempah-rempah di dalamnya. Adapun perkembangan tanaman kopi di Seruyan memang kian ditinggalkan. Informasi dihimpun  Radar Sampit, sejumlah petani kopi beralih profesi membudidayakan kelapa sawit yang memang lebih menguntungkan.

Di Desa Tabiku, Kecamatan Seruyan Raya, dulunya juga terkenal memiliki komoditas kopi yang melimpah. Namun, beberapa petani mengaku sudah tidak lagi menggeluti usaha kopi karena bingung proses jual dan harga pasarnya. Penjabat (Pj) Kepala Desa Tabiku Arif mengatakan, sampai saat ini melalui data dan profil desa tidak ada lagi masyarakat yang menanam kopi di wilayahnya. ”Sekarang di sini rata-rata pada menaman kelapa sawit,” ujarnya. Tak putus harapan mencari komoditas kopi di Seruyan, akhirnya  Radar Sampit menemukan kebun kopi di jalur transmigrasi unit 5, Kecamatan Seruyan Hilir Timur. Kebun ini menjadi satu-satunya yang masih bertahan di tengah serbuan kelapa sawit yang menyerang.

Kebun tersebut juga direncanakan menjadi penghasil produk kopi yang memang berasal dari Kuala Pembuang oleh Kelompok Usaha Masyarakat Adat (KUMA) Kuala Pembuang. ”Kebun yang baru kami temukan ini nantikan akan dirawat kembali dan akan memproduksi kopi yang berkualitas untuk siap dipasarkan,” kata Udin, salah satu anggota KUMA Kuala Pembuang. (***/ign)

Tags

Terkini