Keberadaan depo sampah di dekat SMPN 3 Sampit, Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, hingga kini masih menuai sorotan. Warga SMPN 3 Sampit bersama masyarakat sekitar mendesak agar fasilitas tersebut dialihfungsikan atau dipindahkan ke lokasi lain. Kepala SMPN 3 Sampit Siti Hadijah menegaskan, keberadaan depo yang hanya berjarak sekitar lima meter dari pagar sekolah menimbulkan dampak serius terhadap proses belajar mengajar. Bau menyengat dan serbuan lalat sering masuk ke ruang kelas, mengganggu konsentrasi siswa.
“Selain mengganggu kenyamanan belajar, bau dan lalat juga mengancam kesehatan warga sekolah, termasuk program Makanan Bergizi Gratis dari pemerintah yang saat ini dijalankan di SMPN 3. Depo sampah berdiri tepat di dekat lokasi Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), sehingga higienitas makanan untuk anak-anak sangat rentan tercemar,” ungkapnya, Sabtu (6/9). Siti Hadijah bersama komite sekolah telah mengajukan surat resmi bernomor 800/714/KP./VIII/2025 kepada Bupati Kotim. Mereka berharap depo tersebut bisa dialihfungsikan menjadi sarana pendidikan atau olahraga, atau minimal dipindahkan ke lokasi yang tidak berdekatan dengan fasilitas pendidikan. Senada dengan itu, Ketua RT 024 RW 006 Kelurahan Baamang Tengah Abdul Salam juga menyampaikan keresahan warganya. Ia menegaskan, bau menyengat, lalat, dan potensi pencemaran udara akibat tumpukan sampah membuat lingkungan sekitar tidak nyaman lagi untuk dihuni. “Warga sudah menyampaikan keberatan melalui surat resmi bernomor 008/RT.024/RW.006/2025. Kami bahkan meminta pendampingan Komisi II DPRD Kotim untuk melakukan audiensi dengan bupati. Harapannya, persoalan ini bisa segera ditindaklanjuti karena menyangkut kesehatan dan kenyamanan banyak orang,” ujar Abdul Salam.
Hingga kini warga masih menantikan solusi terkait permintaan mereka. Desakan dari pihak sekolah dan masyarakat ini menegaskan bahwa masalah depo sampah bukan sekadar persoalan kebersihan, tetapi juga menyangkut hak anak-anak untuk mendapatkan lingkungan belajar yang sehat dan nyaman. (yn)