SAMPIT– Antrean panjang bahan bakar minyak (BBM) di Kota Sampit dinilai telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan terkesan dibiarkan. Persoalan klasik berupa praktik pelangsiran BBM bersubsidi semakin merajalela, bahkan dituding sebagai aksi 'mafia BBM'.
Burhanorahman, salah satu aktivis di Kota Sampit, menyatakan kekecewaannya atas kondisi yang sudah akut ini. “Seperti tidak ada pemerintah, tidak ada polisi saja kalau sudah ada masalah di sektor bahan bakar minyak ini,” tegas Burhanorahman, Selasa (21/10/2025).
Mantan aktivis HMI Kotim ini menyebut, antrean panjang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) bukan sekadar peningkatan permintaan, tetapi karena aktivitas pelangsir yang bebas keluar-masuk SPBU, terutama untuk pembelian Pertalite.
”Kenapa bisa terjadi antrean ini? Karena permintaan meningkat dan peningkatan itu disebabkan oleh aktivitas pelangsir yang keluar masuk SPBU, khususnya di Pertalite,” ujarnya.
Dia mencontohkan, di sejumlah SPBU di dalam kota, para pemilik motor berkapasitas besar terlihat berkuasa dan leluasa mengisi sendiri bahan bakar di nozzle (pompa pengisian). Praktik ini diduga terjadi karena adanya kerja sama antara pengetap dengan oknum petugas.
“Mereka ini seperti sudah kompak dan bagi hasil dengan oknum petugas di nozzle. Bayangkan, masyarakat biasa dibatasi hanya membeli Rp50 ribu, sementara mereka dengan motor berkapasitas puluhan liter leluasa mengisi sampai penuh,” kata Burhan.
Lebih parah lagi, para pengetap ini disebut bisa kembali masuk antrean hanya dalam waktu lima menit setelah pengisian pertama, karena mereka menyalin BBM hasil pengisian ke tempat lain di samping SPBU. “Mustahil petugas dan aparat tidak mengetahui hal ini,” tegasnya.
Burhan juga menyindir lemahnya respons pemerintah daerah yang dinilai tidak tanggap terhadap keresahan masyarakat, berbeda dengan daerah lain yang sigap turun ke lapangan.
”Lihat di Pangkalan Bun! Pemerintahnya cepat turun melakukan inspeksi. Harapan kami, pemerintah daerah dan tim BBM juga harus sering ke lapangan, karena antrean mobil dan motor terjadi setiap hari. Jangan dinormalisasi kejadian menonjol seperti ini,” pungkasnya.
Sengkarut distribusi BBM bersubsidi di Sampit kini kian memperlihatkan bahwa persoalan lama ini tak kunjung mendapat penyelesaian serius dari pihak berwenang.