kalimantan-tengah

Waduh..!! 832 Kasus HIV/AIDS Ditemukan di Kotawaringin Barat, Ratusan Pasien Hilang Kontak

Jumat, 21 November 2025 | 12:15 WIB
ilustrasi hiv aids

PANGKALAN BUN — Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, terus menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kobar mencatat, hingga Oktober 2025, jumlah total pengidap HIV/AIDS telah mencapai 832 orang, dengan 69 kasus baru terdeteksi sepanjang tahun 2025 saja.

Ancaman "Gunung Es": 329 Pasien Hilang Kontak

Kondisi yang paling mengkhawatirkan adalah besarnya jumlah pasien yang tergolong lost to follow up atau hilang kontak. Dari total kasus, sebanyak 329 pasien tidak lagi datang untuk kontrol atau melanjutkan pengobatan. Keberadaan mereka kini tidak diketahui oleh petugas kesehatan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kobar, Jhonferi Sidabalok, melalui Kepala Dinas Kesehatan Achmad Rois, membenarkan bahwa dari 832 kasus, 50 orang telah meninggal dunia dan 329 pasien hilang kontak.

“Benar, mereka yang tidak terjangkau ini rentan menularkan. Itu yang menjadi target pencarian agar mau melanjutkan pengobatan,” ujar Jhonferi pada Kamis (20/11).

Jhonferi menjelaskan, upaya penelusuran menghadapi hambatan besar, terutama ketika pasien mengetahui status pencari adalah tenaga kesehatan, yang kerap membuat mereka cenderung menghindar. Kondisi ini memperkuat istilah bahwa kasus HIV/AIDS diibaratkan sebagai fenomena gunung es, di mana angka sebenarnya diyakini jauh lebih besar.

Kasus Baru Dominasi Usia Produktif

Sebanyak 69 kasus baru yang ditemukan pada tahun 2025 tersebar di berbagai kelompok usia, namun didominasi oleh usia produktif. Misalnya, 20–29 tahun ada 24 kasus, usia 40–59 tahun ada 25 kasus, usia 30–39 tahun ada 17 kasus, usia 15–19 tahun ada 2 kasus dan usia 1–4 tahun ada 1 kasus.

Meluas ke Ibu Rumah Tangga dan Ibu Hamil
Penyebaran HIV/AIDS di Kobar juga semakin meluas. Jhonferi mengungkapkan, penularan kini tidak hanya terjadi pada kelompok risiko tinggi, tetapi juga mulai menjangkiti ibu rumah tangga dan ibu hamil. Bahkan, pada tahun 2023, dilaporkan ada kasus seorang anak yang terinfeksi HIV.

Jhonferi mengakui bahwa stigma negatif masyarakat menjadi salah satu hambatan terbesar. Rasa takut dan malu membuat banyak pengidap enggan memeriksakan diri, yang berujung pada keterlambatan penanganan dan pengobatan.

Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Kobar terus mengintensifkan penyuluhan di sekolah-sekolah, melakukan pelacakan kontak erat, serta memberikan pendampingan bagi para pengidap. (*)

Terkini