SAMPIT — Dugaan baru mengemuka terkait penyebab keracunan massal yang menimpa satu keluarga di Desa Sebabi, Kecamatan Telawang, Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah. Sebelumnya, tragedi ini dikaitkan dengan konsumsi jajanan seperti es teler dan roti bakar. Namun, penelusuran terbaru mengindikasikan kemungkinan penyebab yang jauh lebih berbahaya.
Kuat dugaan, keracunan yang terjadi pada Minggu (7/12/2025) itu dipicu oleh paparan uap merkuri (air raksa) dari aktivitas pemurnian emas tradisional yang dilakukan di dalam rumah keluarga tersebut.
Baca Juga: Satu Keluarga di Sebabi Keracunan Setelah Santap Roti Bakar dan Es Teler, Satu Meninggal Dunia
Seorang Balita Tewas, Empat Korban Dirawat Intensif
Insiden keracunan ini menyebabkan seluruh anggota keluarga mengalami gejala parah seperti muntah, lemas, hingga penurunan kesadaran. Mereka sempat dilarikan ke puskesmas sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD dr. Murjani Sampit.
Tragisnya, seorang balita bernama Shazia (1) meninggal dunia pada Senin dini hari. Sementara empat anggota keluarga lainnya—Nur Azmya (6), kakek Ajudin, nenek Fatmawati, dan Habibah yang sedang hamil—masih menjalani perawatan intensif.
Kapolsek Telawang Ipda Budi Hartono membenarkan insiden tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki penyebab pasti keracunan. "Masih dalam penyelidikan. Tiga saksi sudah diperiksa," kata Budi melalui sambungan telepon, Selasa (9/12/2025).
Budi menuturkan, peristiwa itu bermula pada Jumat (5/12/2025) ketika para korban mulai menunjukkan gejala muntah dan lemas, hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit pada Minggu malam.
Polisi belum dapat memastikan apakah penyebab keracunan dipicu oleh makanan yang dikonsumsi atau paparan bahan kimia berbahaya seperti merkuri. Seluruh kemungkinan masih didalami.
Kasus ini menjadi perhatian serius lantaran praktik penggunaan air raksa dalam proses pemurnian emas tradisional diketahui memiliki risiko kesehatan yang sangat tinggi. Paparan uap merkuri, terutama yang terjadi di ruang tertutup tanpa ventilasi dan perlindungan memadai, dapat menyerang sistem pernapasan dan saraf, serta berpotensi berujung pada kematian, khususnya pada anak-anak.
Penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian dan tenaga kesehatan diharapkan dapat segera mengungkap sumber paparan pasti yang memicu tragedi kemanusiaan ini. (*)