Samarinda - Citiasia, lembaga yang fokus dan pelaksanaan smart city membantah melakukan plagiat atau penjiblakan karangan terkait pembuatan logo "Samarinda Magnificient".
"Yang pasti pembuatan logo melalui kajian, diskusi dengan beberapa orang dan tokoh masyarakat Samarinda. Secara proses akademis dan profesional sudah terpenuhi," kata Hari Kusdaryanto, Jumat (1/2/2019).
Logo "Samarinda Magnificent" menjadi polemik setelah salah satu bagian huruf AA memiliki kemiripan dengan karya dibuat George Bokhua, perancang grafis tinggal di New York Amerika Serikat.
Tak sekedar membuat logo, Hari menjelaskan citiasia merancang blue print atau cetak biru (kerangka kerja terperinci) pengembangan pariwisata, investasi, perdagangan dan ekonomi kreatif kota Samarinda.
Citiasia memenangkan lelang penyusunan dokumen smart city branding kota Samarinda pada Desember 2018 senilai Rp 525 juta. Dan bertugas membuat kajian tentang ekosistem branding daerah.
Sementara itu, Founder dan CEO Citiasia, Farid Subkhan keberatan sejumlah pihak yang meributkan logo dalam sebuah proses branding smart city.
"Saya orang yang tak setuju bahwa branding itu output nya logo. Kemudian diributkan. Seperti kita angin ribut, orang yang menoleh kanan menoleh kiri tapi tidak membangun NKRI," kata Farid.
Farid mengatakan kemiripan logo mungkin saja terjadi. Namun, pihaknya membantah mencari, membeli logo dan mengubahnya dalam pembuatan logo "Samarinda Magnificent".
Citiasia juga merasa agak malu membahas keributan logo dan nilai proyek penyusunan dokumen branding smart city Samarinda.
"Saya sebagai konsultan sebenarnya agak malu ngomong Rp 600 juta itu. Kecil sekali. Kalau anda tahu, konsultan logo internasional itu bisa sampai Rp 15 miliar, hanya logo. Jadi kami tidak terlalu tertarik membahas itu ya," kata Farid. (mym)