SAMARINDA -Rencana pembangunan mal dan hotel di Bandara APT Pranoto Samarinda terus mengemuka. Ketersediaan lahan yang luas memudahkan proyek itu dibangun. Di samping, dampaknya dinilai bisa memecah kepadatan kota.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kaltim Salman Lumoindong mengakui, lahan bandara sangat memadai untuk dibangun dua fasilitas tersebut. “Luas lahan 300 hektare. Keperluan aerocity sangat memadai. Space-nya masih ada,” tambahnya kemarin (28/5).
Namun, dia belum bisa memperkirakan keperluan lahan untuk pengembangan fasilitas bandara itu. Adanya mal dianggap juga bisa membuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ambil bagian. “Penggabungan hotel dan mal dengan terminal sangat mungkin dilakukan. Seperti di Bandara Sepinggan Balikpapan,” papar dia.
Salman memastikan, pembangunan mal dan hotel tidak menggunakan APBD Kaltim. “Pemprov Kaltim sudah banyak mengeluarkan anggaran untuk membangun itu (Bandara APT Pranoto). Kalau memang mau (bangun hotel dan mal), dikerjasamakan pihak ketiga atau ditawarkan ke investor,” imbuhnya.
Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Kaltim Syafruddin menyebut, pemprov boleh saja berencana. Namun, harus jelas bagaimana proses pembangunannya. Apakah dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau lelang investasi. “Kalau menggunakan APBD, kami melarang. Tidak boleh lagi ada proyek atau pembangunan yang memerlukan anggaran besar menggunakan APBD. Termasuk rencana membangun mal dan hotel di bandara itu,” ucap dia.
Menurutnya, lokasi membangun hotel dan mal di kawasan Bandara APT Pranoto sangat memadai. Bahkan, lokasinya dinilai sangat strategis. Pasalnya, lanjut dia, orang ramai ke Balikpapan karena aksesnya bandara berdekatan dengan mal dan hotel.
“Menjadi komplet kalau di bandara itu ada (mal dan hotel). Fasilitas lebih lengkap, investor akan senang. Kan secara perlahan pembangunan dan pengembangan wilayah di sana akan terjadi. Bisa memecah kepadatan kota,” paparnya. “Apalagi penerbangan ditingkatkan sampai malam hari. Tentu akan semakin berkembang. Gairah investasi akan meningkat. Kami apresiasi wacana tersebut,” sambungnya.
Diketahui, membangun mal di Bandara APT Pranoto sebuah keniscayaan. Pengelolanya tengah menyeriusi rencana itu. Keberadaan pusat perbelanjaan itu dianggap bisa menjadi magnet. Di samping mampu menumbuhkan perekonomian di sekitar Kelurahan Sungai Siring, Samarinda Utara.
Kepala Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto Samarinda Dodi Dharma mengatakan, pengembangan bandara tidak bisa dihindarkan. Tak hanya mal, di kawasan itu akan dibangun hotel.
Dodi menuturkan, hotel dan mal itu nantinya juga tidak perlu besar, apalagi menjulang. Sebab, akan mengganggu keselamatan penerbangan, bila bangunan terlampau tinggi. Selain itu, secara aturan memang tinggi bangunan di sekitar bandara dibatasi.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional disebutkan, pembangunan gedung bertingkat di sekitar kawasan bandara harus mengacu Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).
Melalui rancangan kebijakan itu, KKOP dibagi menjadi tiga ring. Ring I, radius 4 kilometer dengan ketinggian maksimal gedung 46 meter. Ring II, radius 6 kilometer dengan ketinggian gedung antara 46–151 meter. Ring III, radius 9 kilometer dengan ketinggian gedung maksimal 151 meter.
“Jadi, nanti mal dan hotel tidak perlu besar menjulang ke atas. Mungkin tidak lebih 50 meter. Yang penting layak dan bisa menarik orang beristirahat untuk hotelnya. Sedangkan malnya bisa alternatif belanja. Sasarannya penumpang transit. Paling tidak bintang tiga lah untuk hotel. Tarif pun bisa dibuat terjangkau. Setidaknya harganya ekonomis,” papar Dodi. (*/dq/rom/k15)