• Senin, 22 Desember 2025

Ekspor CPO Kaltim Tumbuh, Tapi Belum Berdampak

Photo Author
- Minggu, 23 Juni 2019 | 11:32 WIB

SAMARINDA - Ekspor crude palm oil (CPO) Kalimantan Timur pada triwulan pertama tahun ini tumbuh 57,42 persen year on year (yoy).

Angka itu lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tumbuh 53,88 persen (yoy). Isu negatif dari Uni Eropa (UE) ternyata tak begitu berdampak signifikan terhadap Kaltim. Kelapa sawit Indonesia hingga saat ini terus memiliki tantangan yang berasal dari eksternal.

UE menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit akan mempercepat proses deforestasi dan merusak lingkungan. Aksi UE menentang produk-produk berbasis kelapa sawit merupakan upaya mereka untuk melindungi produk minyak nabati UE yang berbasis rapeseed dan sunflower seed.

Yang terbaru saat ini UE tengah mengusulkan kebijakan penggunaan renewable energy directive (RED II). Rancangan kebijakan tersebut sebagai kompromi politisi di internal UE yang bertujuan mengisolasi, dan mengecualikan minyak kelapa sawit dari sektor biofuel UE yang menguntungkan minyak nabati lainnya, termasuk rapeseed yang diproduksi UE.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, kebanyakan yang ditentang adalah industri turunan CPO. 

Namun, karena kebanyakan Kaltim masih mengekspor CPO, itu belum berdampak banyak di Bumi Etam.

Akan tetapi, bukan berarti dibiarkan. Pemerintah harus tetap melakukan gerakan agar kampanye tersebut tidak berlangsung dalam jangka panjang, sebelum berimbas terhadap ekspor.

“Peningkatan permintaan CPO Kaltim triwulan I 2019 bersumber dari India, Eropa dan beberapa negara ASEAN,” katanya, Jumat (21/6).

Dia menjelaskan, naiknya ekspor CPO ke India dipengaruhi keputusan pemerintah negara tersebut untuk menurunkan tarif bea masuk komoditas CPO dan turunannya dari negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Untuk CPO tarif bea masuk diturunkan dari 44 persen menjadi 40 persen. Sementara itu, untuk produk turunan CPO tarifnya diturunkan dari 54 persen ke 50 persen.

Untuk diketahui, Asosiasi Minyak Nabati India, yaitu The Solvent Extractors’ Association of India menyatakan, kebutuhan impor minyak nabati India sebesar 15,5 juta ton dan 60 persen di antaranya bersumber dari Malaysia dan Indonesia.  “Ini merupakan peluang baik utamanya untuk ekspor CPO Kaltim,” ungkapnya. (ctr/tom/k15)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X