• Senin, 22 Desember 2025

Setelah 2024, Dominasi Batu Bara Mulai Berkurang

Photo Author
- Jumat, 30 Agustus 2019 | 09:13 WIB

TRANSFORMASI produk domestik regional bruto (PDRB) Kaltim menjadi bahasan penting dalam pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Benua Etam. Ketergantungan dari sektor pertambangan dan penggalian harus jadi perhatian. Ekonom Universitas Mulawarman (Unmul) Aji Sofyan Effendi menuturkan, pemerintah ditantang mengubah haluan pendapatan. 

Yang selama 20 tahun terakhir Kaltim bergantung pada industri hulu. Sementara itu, dalam kurun waktu itu, lanjut dia, dampaknya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sangat kecil. Lantas, industri hulu apa saja yang berdampak pada PAD setelah pemindahan IKN ke Kaltim? Aji Sofyan menyebutkan, sektor jasa yang berhubungan dengan pariwisata patut menjadi atensi. Misalnya travel, pengadaan cendera mata dan pengelolaan objek wisata buatan. 

“Jadi, saya berimajinasi akan ada Ancol (Taman Impian Ancol) kedua berdasarkan efek dinamika pertumbuhan penduduk yang cukup besar,” sebutnya. Selain itu, yang berhubungan dengan pengadaan perumahan, apartemen, serta industri makanan juga menjadi fondasi ekonomi Kaltim ke depan. 

Dia yakin, sektor pertambangan dan penggalian terhadap ekonomi Kaltim setelah IKN resmi pindah pada 2024 akan mengecil. Kontribusinya kemudian pelan-pelan menghilang. Sebab, terjadi pergeseran industri dari hulu ke hilir. “Semua pasti terjadi. Jadi, tidak ada lagi regulasi yang mengatur silakan Anda menambang sebanyak-banyaknya di Kaltim. Sebelum 2024 bisa dirasakan penurunannya,” kata dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unmul itu. 

Dia percaya, pemerintah tidak mungkin membiarkan ibu kota negara dikelilingi pertambangan batu bara. “Hanya orang bodoh yang mengizinkan. Termasuk batu bara karungan,” ucapnya. Menurut dia, selama ini masalah pemerintah daerah di Kaltim adalah diversifikasi ekonomi. Akibatnya, ketergantungan terhadap sektor penggalian dan pertambangan begitu tinggi. 

“Harusnya sudah dihindari. Mulai sekarang bisa mencari sumber yang bisa dikembangkan. Energi baru dan terbarukan bisa dikembangkan. Kemudian, industri makanan, tempat tinggal, dan segala macamnya bisa dikembangkan,” imbuhnya. 

Aji Sofyan memaparkan, kontribusi industri hulu per tahunnya untuk pendapatan negara sektor SDA mencapai 64,7 persen atau mencapai Rp 500 triliun. Nilai tersebut berasal dari hasil sektor SDA di Kaltim. Jika disandingkan dengan industri hilir, akan terjadi perbedaan signifikan. “Kaltim akan menampung 1,5 juta ASN (aparatur sipil negara) beserta keluarganya. Mereka butuh makan dan tempat tinggal serta rekreasi. Saya memprediksi PAD akan meningkat beberapa kali lipat dari potensi yang ada sekarang. Terutama di PPU dan Kukar. Daerah lainnya juga pasti akan berimbas,” ungkapnya. 

Ditemui terpisah, Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Harry Aginta mengatakan, sebagai ibu kota negara yang baru, sektor lain selain pertambangan dan penggalian pasti akan tumbuh di Kaltim. Namun, saat ini terkait dampak ekonomi pada beberapa tahun ke depan memang belum bisa disebutkan angka pasti. Namun, yang jelas banyak sektor yang akan tumbuh. 

“Proses pembangunan IKN pada 2020 akan meningkatkan sektor konstruksi di Kaltim,” ujarnya kepada Kaltim Post, Kamis (29/8). Dia menjelaskan, selanjutnya akan diikuti pertumbuhan sektor perdagangan dan jasa. Dari analisis Harry, butuh waktu cukup panjang untuk menggeser kontribusi batu bara, karena porsi pertambangan sudah sangat besar. Dibutuhkan pertumbuhan signifikan dan konsisten sektor lain untuk menggeser itu. 

“Dengan tumbuhnya sektor lain, dominasi pertambangan bisa mengecil,” ungkapnya. Lanjut dia, dari tahun ke tahun kontribusi pertambangan terus mengecil. Namun, mengecilnya kontribusi batu bara bukan karena sektor lain tumbuh. Tetapi karena sektor ini beberapa tahun terakhir tumbuh negatif. Padahal sebenarnya, bukan itu yang diinginkan Kaltim.  

“Tambang harus tetap tumbuh positif, tapi yang lain juga tumbuh lebih tinggi. Sehingga share-nya mengecil,” ungkapnya. Sebagai contoh, sektor pertambangan tumbuh 5 persen, tapi sektor lain terus tumbuh 10 persen. Maka, pertambangan agar bergeser dengan sendirinya. Jadi, kontribusinya terhadap perekonomian mengecil. Tapi bukan berarti bisnis pertambangan dimatikan. Melainkan juga Kaltim harus fokus mengembangkan sektor lain. Agar terjadi keseimbangan secara bertahap. 

“Dengan pembangunan IKN, semua sektor akan tumbuh dengan baik. Kontribusi batu bara pun mengecil dengan tumbuhnya konstruksi, jasa, perdagangan, dan lainnya,” pungkas dia. (ctr/*/dq/riz/k8)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X