SAMARINDA – Pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim diyakini bakal berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi Bumi Etam. Bahkan bisa mengurangi dominasi batu bara terhadap ekonomi yang masih memiliki kontribusi sebesar 46 persen.
Diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat pada triwulan kedua 2019 ekonomi Kaltim tumbuh 5,43 persen year on year (yoy). Sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46 persen (yoy). Pada tahun ini ekonomi Kaltim diprediksi tumbuh 3 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2018 yang mencapai 2,6 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, secara angka memang belum bisa dihitung berapa pergeseran batu bara. Namun yang jelas pemindahan IKN ke Kaltim akan menimbulkan pemerataan ekonomi. Di daerah, dampaknya tentu akan membuat Bumi Etam banyak memiliki sektor-sektor pertumbuhan ekonomi yang baru.
“Paling tidak investasi yang masuk akan ada peluang-peluang baru. Kapasitas ekonominya bisa lebih kuat,” ujarnya saat temu media di kantornya Jalan Gajah Mada, Samarinda, Selasa (3/9).
Menurutnya, akan ada akselerasi sektor selain pertambangan dan penggalian. IKN akan menciptakan pemerataan ekonomi dan pertumbuhannya semakin sehat. Pertumbuhan sektor lain sedikit demi sedikit akan bisa membawa Kaltim dari ketergantungan pertambangan yang saat ini mendominasi hingga 46 persen terhadap struktur ekonomi Bumi Etam.
“Akan muncul investasi-investasi baru. Jika infrastruktur daerah ini lebih baik, maka tidak hanya batu bara yang menarik investor, tapi juga sektor lain,” katanya.
Dia menjelaskan, perpindahan IKN merupakan momen. Seluruh potensi ekonomi di Kaltim harus bisa menjadi realisasi. Utamanya industri hilir seperti crude palm oil (CPO). Industri CPO bisa berkembang jika banyak investor yang tertarik. Dengan didukung infrastruktur yang lebih baik maka Kaltim bisa menjalankan roda ekonomi yang lebih sehat.
Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Anggoro Dwitjahyono mengatakan, anggaran untuk pemindahan IKN mencapai Rp 466 triliun. Jika seluruh anggaran itu masuk ke Kaltim tentu akan menggerakkan beberapa sektor, konstruksi, perdagangan, jasa dan lainnya. Secara penyerapan tenaga kerja juga akan lebih baik. “Tentu saja dari sisi itu sudah terlihat ekonomi akan terdongkrak di Kaltim,” ujarnya.
Belum lagi dampak pemerataan jumlah penduduk. Luas Jawa hanya 9 persen dari luas Indonesia namun didiami hampir 55 persen dari jumlah penduduk nasional. Tentunya masalah kependudukan jadi menumpuk. Ketika masuk di Kaltim tentu pemerataan ekonomi dan pemerataan jumlah penduduk lebih baik.
“Dalam waktu dekat yang akan paling dirasakan adalah konstruksi. Diikuti perdagangan dan jasa sehingga dalam jangka panjang ekonomi Kaltim bisa terlepas dari ketergantungan pertambangan,” tuturnya.
Menurutnya, kalau benar seluruh infrastruktur meningkat, jumlah konsumsi meningkat, dalam jangka pendek sudah akan terlihat pergeseran sumber ekonominya. Utamanya dimulai saat pembangunan di tahun depan, sektor konstruksi akan tumbuh. “Saya yakin ekonomi Kaltim akan lebih baik, yang berujung pada pemerataan perekonomian Indonesia,” pungkasnya. (ctr/ndu/k18)