DIUNGKAPKAN Ahmad, selain sarung samarinda dan berbagai olahan manik, Samarinda juga punya seni kriya ukiran. Sejauh ini, dia tak banyak mengenal pengukir lain di Samarinda selain dia yang berdomisili di Samarinda Seberang.
“Ada satu lagi yang dekat sini, tapi di Loa Janan (Kutai Kartanegara),” jelasnya. Dia dan pengukir asal Loa Janan itu sering bekerja sama. Khususnya dalam hal pesanan. Misal, dia mendapat banyak pesanan yang butuh banyak dan pengerjaan cepat.
“Ya, saya minta bantuan tempatnya. Misal berbagi. Begitu juga dia, kalau ada pesanan dan dia kewalahan, minta bantu dari tim saya. Saling lah, bukannya malah bersaing,” beber Ahmad.
Belasan tahun bergelut dalam dunia seni ukir, Ahmad mengakuinya jika cukup menjanjikan sebagai bisnis. Kesempatan ditetapkannya Kaltim sebagai ibu kota negara (IKN) baru diyakini akan sangat berdampak.
“Ciri khas atau locality sini kan ukiran khas Dayak ini. Jadi, bisa mengangkat perajin lokal. Enggak hanya saya, harapannya juga ada perajin lain,” ujarnya. Ahmad mengatakan, usahanya ini nantinya akan lebih diperluas lagi.
Ingin memiliki tempat dengan showroom dan tempat produksi yang jadi satu. “Jadi, pelanggan bisa lihat-lihat hasil karya saya ini dan di belakangnya ada tempat produksi jika ingin lihat langsung,” jelas Ahmad.
Diungkapkan, tak jarang beberapa pemuda menyambangi tempat kerjanya. Mengatakan ingin bekerja dengannya, belajar mengukir. Disebutkan Ahmad sangat ingin membantu tapi terbatas waktu dan bahan baku.
Sebagai pemilik, Ahmad masih ikut bekerja langsung. Harapannya, usaha kriya miliknya bisa lebih terfasilitasi. “Saya sebenarnya belum jadi guru, masih belajar juga. Tapi ya itu semangat terus belajar yang saya yakini terus,” ujarnya.
Dia tentu ingin usahanya memberi dampak ke lingkungan sekitar, termasuk membuka lapangan pekerjaan. Di sisi lain, juga mengenalkan kesenian asli Kalimantan. “Meski saya sendiri bukan orang asli sini, tapi saya serius untuk mengenalkan seni ini,” lanjutnya.
Sejauh ini pesanan yang datang beragam. Baik dari perseorangan yang ingin menghias rumahnya dengan ornamen ukiran Dayak, atau kantor-kantor pemerintahan.
Dua perisai setinggi 2,5 meter yang berada persis di depan bangunan tempat kerjanya adalah pesanan salah satu instansi pemerintahan. “Mereka pesan 12 untuk ditempel atau di pilar kantor mereka,” tutup Ahmad. (rdm/ndu/k16)