SAMARINDA-2022 ini bisa jadi tahun ketiga para jamaah haji menunggu keberangkatan. Setelah tak jadi berangkat sejak 2020 mereka harus menunda lagi pada 2021, dan kini masih harap-harap cemas perihal kepastian pemberangkatan. Kepala Bidang (Kabid) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Kaltim Ahmad Ridani mengatakan, saat ini pemberangkatan calon jamaah haji belum diputuskan pusat karena masih menunggu kebijakan Pemerintah Saudi.
"Namun demikian kita tetap mempersiapkan jamaah haji, semoga tahun ini haji dapat diberangkatkan. Jika sudah ada kepastian, insyaallah akan dikabari," katanya (24/2). Absennya penyelenggaraan haji selama pandemi turut berdampak pada daftar tunggu pemberangkatan haji yang mencapai 76 ribu orang di seluruh Kaltim. Mereka harus bersabar. Termasuk antrean-antrean di belakangnya, yang juga bakal mundur. "Yang paling banyak Samarinda disusul Balikpapan dan Kukar," sambungnya. Dari data yang dihimpun, masa tunggu paling lama ada di Kota Bontang yang mencapai 38 tahun. Daftar tunggu atau waiting list di Kota Bontang mencapai 5.333 orang, padahal kuotanya hanya 143.
Kemudian di Samarinda, masa tunggunya 33 tahun. Lalu Balikpapan dan Kutai Timur masing-masing 32 tahun. Adapun masa tunggu paling rendah ada di Kabupaten Mahakam Ulu yang hanya 12 tahun karena kuota tiap tahun hanya 6 orang dengan waiting list 70 orang. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terus mengupayakan agar Indonesia pada tahun ini dapat memberangkatkan jamaah haji. "Semoga tahun ini, bisa memberangkatkan jamaah haji. Kita terus lakukan lobikepada pemerintah Saudi, agar jamaah haji tahun ini bisa diberangkatkan," kata Menag Yaqut.
Dalam waktu dekat, sambung dia, tim Kementerian Agama akan ke Saudi untuk menjajaki kemungkinan pemberangkatan haji.
Menag menyampaikan bahwa secara teknis, Kementerian Agama siap memberangkatkan jamaah haji pada 2022. "Saya optimis tahun ini jamaah haji bisa diberangkatkan," katanya. Walau demikian, dia meminta masyarakat Indonesia harus bisa menerima jika nantinya ada pembatasan kuota dari Saudi Arabia. Sehingga, jumlah jamaah haji Indonesia yang diberangkatkan tidak seperti pada tahun sebelum terjadinya pandemi.
Untuk diketahui, sebelumnya jamaah umrah sudah diperbolehkan berangkat ke Tanah Suci. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag Hilman Latief pun menuturkan, keberangkatan jamaah umrah yang tengah berlangsung pada masa pandemi ini, diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran. Sekaligus mempersiapkan mental untuk menghadapi keberangkatan jamaah haji jika seandainya penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dibuka.
“Saya ingin proses umrah ini menjadi arena pembelajaran buat kita. Sampai saat ini sudah ada 3.000-an jamaah umrah yang berangkat. Seandainya jika haji tahun ini dibuka, mental kita sudah siap untuk menghadapi jumlah jamaah yang lebih banyak dari itu,” kata Hilman. Tingginya antusiasme masyarakat beribadah ke Tanah Suci, kata Hilman, sekaligus menegaskan kepada Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) untuk tidak main-main dalam memberangkatkan jamaah umrah. Supaya, pemerintah Arab Saudi terus percaya terhadap Indonesia. “Jadi jangan sampai ada anggota yang memaksakan keberangkatan jamaah hingga melakukan pelanggaran-pelanggaran, seperti pelanggaran dokumen. Hal-hal seperti ini harus diperhatikan betul karena target kita itu dipercaya oleh Pemerintah Arab Saudi,” tegasnya. (riz/k16)
Noffiatul Challimah